Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Alumunium dan Seng Dunia Mulai Pangkas Produksi

Akibat dampak kelangkaan listrik, Glencore Plc., di mana produksi tiga parbiknya di Eropa harus dipangkas karena kenaikan harga listrik mahal.
Pekerja melakukan pengecoran produk aluminium di pabrik milik Hyamn Group, di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Pekerja melakukan pengecoran produk aluminium di pabrik milik Hyamn Group, di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (25/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Logam paling penting bagi industri seperti seng dan alumunium mulai mengalami kelangkaan seiring dengan kekurangan stok listrik yang membuat produsen membatasi produksinya.

Salah satu yang mengalami dampak kelangkaan listrik adalah Glencore Plc., di mana produksi tiga parbiknya di Eropa harus dipangkas karena kenaikan harga listrik mahal.

Produksi seng Glencore dipangkas seiring dengan pengumuman pada pekan ini bahwa perusaahaan yang juga memproduksi seng, Nyrstar mengurangi produksinya di tiga smelter di Eropa hingga lebih dari 50 persen karena lonjakan harga listrik dan juga biaya untuk mengurangi emisi.

Sementara itu, produsen billet alumunium terbesar AS, Matalco Inc., telah memperingatkan adanya pemangkasan produksi dan pengiriman ransum segera pada tahun depan di tengah kekurangan magnesium. Pembuat baja yang berbasis di Luxembourg, ArcelorMittal, juga telah memangkas produksi.

Harga seng melonjak sebanyak 12 persen di London Metal Exchange, lompatan terbesar sejak Oktober 2015. Aluminium yang merupakan salah satu industri padat energi juga menunjukkan kenaikan harga 60 persen.

Sementara itu, tembaga memperpanjang kenaikan di atas US$10.000 per metrik ton. Pergerakan Jumat terjadi sehari setelah indeks patokan enam logam dasar bursa London mencapai rekor tertinggi.

Ahli strategi komoditas senior ING Bank Wenyu Yao mengatakan logam dasar menguat di tengah krisis energi yang semakin intensif dan kekhawatiran inflasi yang meningkat menyalakan kembali antusiasme investor.

“Ketakutan terhadap inflasi dapat meningkatkan permintaan logam karena ada persepsi bahwa logam ini menjadi lindung nilai terhadap inflasi, terutama untuk tembaga," ujar Wenyu.

Gangguan pasokan terjadi pada saat krusial bagi ekonomi global dan memperparah kekhawatiran bahwa risiko inflasi mungkin bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Analis Panmure Gordon Kieron Hodgson mengatakan sebagian besar logam tengah mengalami backwardation atau keterbelakangan di mana harga saat ini lebih tinggi dibanding harga masa depan. Sementara harga material tinggi, terutama alumunium dan seng hingga tembaga.

"Kemungkinan besar harga ini akan bertahan sepanjang kuartal IV sebelum kembali seperti sebelumnya."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper