Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Energi Inggris Untungkan Produsen Gas di Indonesia

Berdasarkan data SKK Migas, sepanjang Januari–Juni 2021, lifting dari Kilang Tangguh tercatat sebanyak 58,85 kargo dengan perincian 44,1 kargo untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan 14,7 kargo untuk kebutuhan domestik.
Fasilitas terminal dan pengelolaan gas terapung (Floating Storage and Regasification/FSRU) gas alam cair (LNG) Lampung PT Perusahaan Gas Negara Tbk. /PGN
Fasilitas terminal dan pengelolaan gas terapung (Floating Storage and Regasification/FSRU) gas alam cair (LNG) Lampung PT Perusahaan Gas Negara Tbk. /PGN

Bisnis.com, JAKARTA — Krisis energi yang terjadi di Inggris disebut akan mempengaruhi aktivitas ekspor gas bumi atau gas alam cair dari Indonesia ke negara-negara yang tengah kekurangan pasokan gas.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi A. Rinto Pudyantoro mengatakan ekspor gas atau gas alam cair (LNG) sebagian besar berdasarkan kontrak jangka panjang jual beli gas.

"Sehingga serta merta kenaikan harga gas yang tinggi akan diikuti dengan ekspor yang meningkat," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan Krisis energi yang tengah terjadi di Inggris dinilai dapat menjadi peluang pasar baru bagi komoditas gas dari dalam negeri. Indonesia dinilai berpeluang menjadi pemasok gas untuk Inggris di tengah terganggunya pasokan dari Rusia dan Amerika Serikat.

Adapun hubungan antara Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia ditenggarai sebagai salah satu penyebab krisis di Inggris. Indonesia sebagai negara yang cukup netral bisa menjadi alternatif pemasok gas ke Eropa.

Meski demikian, salah satu tantangan Indonesia untuk bisa memasok gas ke Inggris adalah harga gas yang masih cukup mahal karena biaya produksi di dalam negeri yang terbilang tinggi.

"Sering kali dalam berbisnis, kita sebagai buyer selalu mencari alternatif, untuk menghindari kejadian seperti saat ini walaupun dengan harga yang lebih mahal, sehingga masih bisa menjadi peluang menurut saya," ungkapnya.

Berdasarkan data SKK Migas, sepanjang Januari–Juni 2021, lifting dari Kilang Tangguh tercatat sebanyak 58,85 kargo dengan perincian 44,1 kargo untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan 14,7 kargo untuk kebutuhan domestik.

Sementara itu, lifting dari Kilang Bontang sepanjang semester I/2021 tercatat sebanyak 38,36 kargo dengan perincian 22 kargo untuk kebutuhan ekspor, sedangkan 16,3 kargo untuk kebutuhan domestik.

SKK Migas mencatat, pada pemanfaatan gas bumi 2021, ekspor LNG menyerap sebesar 20,38 persen dari total gas bumi nasional. Sementara itu, pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik LNG sebesar 9,37 persen.

Pemanfaatan gas bumi untuk ekspor LNG sepanjang enam bulan pertama tahun ini adalah sebesar 1.158,56 BBtud, sedangkan pemanfaatan gas bumi untuk domestik LNG adalah sebesar 532,48 BBtud.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper