Bisnis.com, JAKARTA — Harga tepung terigu secara bertahap akan naik hingga April 2022. Hal ini seiring dengan strategi produsen merespons harga gandum impor yang semakin tinggi akibat gangguan produksi di negara asal.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang menjelaskan harga komoditas dunia telah naik sejak awal tahun, termasuk harga gandum. Harga komoditas serealia itu terkerek setelah laporan turunnya produksi akibat gangguan cuaca di negara eksportir.
“Produksi turun akiat gangguan cuaca di belahan bumi utara. Khusus gandum berdampak ke penurunan di Kanada, Amerika Serikat, dan Rusia,” kata Franciscus, Jumat (8/10/2021).
Akibat penurunan produksi ini, negara produsen memutuskan untuk membatasi ekspor, satu di antaranya adalah Rusia yang menetapkan pajak ekspor. Sementara Kanada dan Amerika Serikat, kata Franciscus, diperkirakan mengalami penurunan produksi hingga 30 persen.
“Karena ini sejak awal tahun kenaikan harga gandum dunia rata-rata sekitar 40 persen. Otomatis harga terigu terdampak karena kontribusi gandum sampai 82 persen dari biaya produksi,” ujarnya.
Dalam catatan Aptindo, harga tepung terigu telah naik secara bertahap sejak Januari sampai saat ini. Khusus terigu serbaguna dan protein tinggi telah naik 6 persen, sedangkan protein rendah telah naik 15 persen.
Harga di pasaran diperkirakan akan mencapai level tertinggi pada April atau Mei 2022 dan bertahan sampai September 2022. Situasi harga akan tergantung pada proyeksi hasil panen gandum pada tahun depan.
“Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi anggota Aptindo dan industri berbasis tepung terigu pada tahun depan.”
Sementara itu FAO Cereal Supply and Demand Brief yang dirilis pada 7 Oktober 2021 mengungkap produksi komoditas sereal pada 2021 mencapai 2,8 miliar ton (termasuk beras), naik 1,1 persen dibandingkan dengan 2020. Meski demikian, kondisi produksi tetap lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan, sehingga stok yang tersedia cenderung kurang.
FAO memproyeksikan produksi gandum mencapai 776,7 juta ton atau 7,2 juta ton lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Meski demikian, naiknya permintaan gandum untuk pakan dari konsumen besar seperti China dan produksi yang lebih rendah di Kanada dan Rusia bakal membuat pasokan tetap ketat.