Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa dan Surplus Dagang Jadi Kabar Baik di Tengah Balada Utang AS

Dampak risiko default AS yang paling mengkhawatirkan adalah ketidakpastian pada pasar keuangan global.
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah menghindari penutupan pemerintahan (government shutdown), Amerika Serikat dan parlemen tengah berusaha menyepakati kenaikan plafon utang untuk menghindari gagal bayar.

Dilansir Reuters (5/10/2021), Moody memperkirakan default AS bisa menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi sebesar 4 persen, hilangnya hampir 6 juta pekerjaan, tingkat pengangguran meningkat hingga 9 persen, dan kenaikan tajam pada suku bunga properti, kredit konsumsi, dan utang usaha.

Menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, dampak risiko default AS yang paling mengkhawatirkan adalah ketidakpastian pada pasar keuangan global. Meski begitu, di Indonesia, posisi cadangan devisa yang tinggi menjadi penyelamat.

"Kalau menurut saya kalau melihat yang terjadi pada 2011 [krisis plafon utang 2011], itu pun tidak banyak memicu gejolak. Harusnya impact ke kita gak ada masalah, apalagi kalau dilihat posisi cadangan devisa. Karena yang paling dikhawatirkan itu jika ada gejolak di sektor finansial," kata David kepada Bisnis, Selasa (5/10/2021).

Adapun, Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia dalam posisi tertinggi dalam sejarah, yaitu US$144,8 miliar pada Agustus 2021. Posisi tersebut turut didukung oleh fasilitas Special Drawing Rights (SDR) dari International Monetary Fund (IMF).

Meskipun shutdown sudah dihindari, belum tercapainya kesepakatan untuk menaikkan debt ceiling antara Pemerintah AS, Partai Demokrat, dan oposisi dari partai Republik, maka David melihat gejolak yang ditimbulkan oleh ketidakpastian masih bisa terjadi.

Selain posisi cadangan devisa yang tinggi, tren surplus neraca dagang yang berlanjut hingga Agustus 2021 turut menjaga stabilitas pertukaran mata uang asing atau foreign exchange (forex). Tercatat, surplus neraca dagang Agustus 2021 merupakan tertinggi sejak 16 bulan terakhir yaitu US$4,74 miliar.

Di sisi lain, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai inflasi dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang rendah menjadi kabar baik di tengah ketidakpastian akibat alotnya pembahasan plafon utang di AS.

Selain itu, Faisal menilai kepemilikan asing terhadap instrumen keuangan Indonesia yang sudah berkurang turut memberikan kabar baik bagi Indonesia.

"Jadi saya melihat Indonesia saat ini sudah cukup kuat untuk memitigasi dampak tapering dan isu US debt ceiling ini," kata Faisal.

Akan tetapi, Faisal tetap menilai pemerintah dan otoritas moneter yaitu Bank Indonesia (BI) harus menjaga stabilitas keuangan tanpa menjadi counterproductive dengan upaya percepatan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper