Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekayaan Bos Facebook Anjlok Setelah Eks Pegawainya Beberkan Dokumen Internal

Kekayaan Zuckerberg juga turun menjadi US$121,6 miliar menjadikannya merosot ke nomor 5 setelah Bill Gates pada Bloomberg Billionaires Index. Penyusutan kekayaan Zuckerberg tercatat hampir US$140 miliar hanya dalam beberapa pekan.
CEO Facebook Mark Zuckerberg bersaksi di depan sidang Komite Energi dan Perdagangan DPR AS mengenai penggunaan dan perlindungan data pengguna Facebook, di Capitol Hill di Washington, 11 April 2018./Reuters
CEO Facebook Mark Zuckerberg bersaksi di depan sidang Komite Energi dan Perdagangan DPR AS mengenai penggunaan dan perlindungan data pengguna Facebook, di Capitol Hill di Washington, 11 April 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kekayaan bos Facebook Mark Zuckerberg anjlok lebih dari US$6 miliar hanya dalam beberapa jam setelah kemunculan seorang whistleblower atau pelapor pelanggaran muncul di depan publik dan membuka hasil riset internal raksasa media sosial terbesar itu.

Aksi jual saham Facebook membuatnya anjlok hingga 4,9 persen pada Senin (4/10/2021), turun semakin dalam hingga 15 persen sejak pertengahan September.

Dengan demikian, kekayaan Zuckerberg juga turun menjadi US$121,6 miliar menjadikannya merosot ke nomor 5 setelah Bill Gates pada Bloomberg Billionaires Index. Penyusutan kekayaan Zuckerberg tercatat hampir US$140 miliar hanya dalam beberapa pekan.

Pada 13 September, Wall Street Journal mulai menerbitkan serangkaian cerita berdasarkan tembolok atau cache dokumen internal. Dokumen tersebut mengungkapkan adanya berbagai masalah seperti bahaya Instagram terhadap kesehatan mental gadis remaja dan terkait dengan informasi keliru soal kerusuhan 6 Januari di Capitol.

Frances Haugen yang berusia 37 tahun mengatakan Facebook menjadi perusahaan triliunan dolar AS dengan mengorbankan keselamatan orang-orang, termasuk anak-anak.

Haugen yang merupakan eks manajer produk Facebook membuka identitas dirinya dan menerima wawancara dengan CBS dalam acara 60 Minutes pada Minggu petang.

Dia mengatakan Facebook menyadari permasalahan tersebut, tetapi menutupinya dari publik. Setelah membuka hasil penelitian internal tersebut kepada Securities and Exchange Commission serta Wall Street Journal, laporan tersebut telah menarik perhatian pejabat pemerintah.

Untuk itu, Haugen bakal bersaksi di depan Komite Perdagangan Senat AS dan kepada pemegang saham bahwa perusahaan menyesatkan publik dan efek berbahaya dari platformnya.

“Saya maju karena saya mengetahui kenyataan yang mengerikan: hampir tidak ada orang di luar Facebook yang tahun apa yang terjadi di dalam Facebook. Pimpinan perusahaan menutupi informasi vital ini dari publik, pemerintah AS, pemegang sahamnya, dan pemerintah di seluruh dunia," katanya.

Dia akan bersaksi tentang penelitian internal Facebook yang menurutnya menunjukkan perusahaan lebih memprioritaskan keuntungan, memicu perpecahan, merusak demokrasi, dan membahayakan kesehatan mental pengguna generasi muda.

Menurutnya, regulator saat ini masih buta terhadap masalah Facebook dan tidak dapat menentukan regulasi yang tepat.

Haugen akan mengatakan kepada para senator bahwa titik awal untuk menyusun regulasi yang efektif adalah dengan memberikan akses penuh kepada data Facebook sehingga publik mengetahui tentang sistem perusahaan.

"Selama Facebook beroperasi dalam kegelapan, perusahaan tidak bertanggung jawab kepada siapa pun. Dan mereka akan terus membuat pilihan yang bertentangan dengan kebaikan bersama," ujarnya.

Facebook telah menekankan bahwa masalah yang dihadapi produknya, termasuk polarisasi politik, sangat kompleks dan tidak disebabkan oleh teknologi saja.

“Saya pikir itu mendorong orang untuk berasumsi bahwa harus ada penjelasan teknologi atau teknis untuk masalah polarisasi politik di Amerika Serikat,” Nick Clegg, Wakil Presiden urusan global Facebook mengatakan kepada CNN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper