Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Essential Service Reform (IESR) menyambut gembira pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021–2030 yang meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) menjadi 51,6 persen.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan bahwa rencana dalam 10 tahun ke depan tersebut merupakan langkah penting untuk menuju dekarbonisasi 2060 atau bahkan lebih awal.
Menurutnya, bauran pembangkit berbasis EBT masih dapat ditingkatkan, khususnya mulai 2026–2030. Sementara itu, dia optimistis bauran energi terbarukan dapat mencapai 23 persen sepanjang 2021–2025 sesuai target pemerintah.
“Kami menyambut gembira RUPTL dengan kapasitas EBT yang lebih besar, 51,6 persen dari total kapasitas yang direncanakan,” katanya kepada Bisnis, Selasa (5/10/2021).
Meski begitu, dia menyebut bahwa masih ada gap secara nasional sekitar 2–4 gigawatt (GW) yang harus dipenuhi oleh pemegang wilayah usaha non-PLN dan kontribusi masyarakat.
Selain itu, IESR juga menyoroti kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang mencapai 4,68 GW hingga 2030.
Baca Juga
Meski naik cukup tinggi, namun pemanfaatan PLTS disadari masih lebih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada di Indonesia.
“PLTS potensinya 3,4 terawatt [TW] sampai 20 terawatt peak [TWp] dan bisa dibangun dengan cepat, khususnya PLTS atap dan floating PV. Untuk mencapai target dekarbonisasi 2060 atau lebih awal, maka PLTS harus tumbuh minimal 5–7 GW per tahun di 2025–2030,” katanya.