Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menyatakan dukungannya terhadap Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021–2030 karena lebih banyak melibatkan swasta.
Ketua Umum APLSI Arthur Simatupang memberi respon positif terhadap pengesahan RUPTL kali ini. Pihaknya juga mengapresiasi porsi pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang akan lebih dominan dalam 10 tahun ke depan.
“Partisipasi swasta juga akan lebih banyak dilibatkan. Perlu adanya interkoneksi sistem yang baik agar terjadi pemerataan kelistrikan yang baik,” katanya kepada Bisnis, Selasa (5/10/2021).
Agar percepatan pengembangan energi listrik ini lebih besar, Arthur menyebut, perlu adanya insentif yang diberikan oleh pemerintah. Subsidi dinilai perlu dialokasikan ke pembangkit listrik berbasis energi bersih agar lebih kompetitif dari fosil.
Meski begitu, pengembangan EBT akan menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah sifat intermiten atau putus-putus pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
APLSI menyebut, tantangan itu akan terjawab dengan keberadaan smart grid, interkoneksi sistem listrik yang andal, serta keberadaan battery storage.
Baca Juga
“Di situ peran smart grid dan interkoneksi sistem yang andal, serta battery storage. APLSI mendukung RUPTL yang baru,” terangnya.
Sebelumnya, pemerintah mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021–2030. Dari rencana ini diketahui pengembangan EBT sebesar 51,6 persen dan energi fosil 48,4 persen.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa RUPTL kali ini lebih hijau karena porsi untuk pengembangkan pembangkit berbasis EBT lebih besar dibandingkan dengan fosil.
“Pembangunan PLTU yang baru tidak lagi menjadi opsi, kecuali yang saat ini yang sudah committed dan sudah dalam konsumsi. Hal ini juga untuk membuka peluang, membuka ruang besar untuk pengembangan EBT,” katanya.
Adapun kapasitas pembangkit EBT akan ditambah hingga 20.923 megawatt (MW). Kapasitas ini terbagi pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA/M/MH) mencapai 10.391 MW, PLTB 597 MW, PLT Bio 590 MW, PLTP 3.355 MW, PLTS 4.680 MW. PLT EBT Base 1.010 MW, dan battery energy storage system (BESS) 300 MW.
Sementara itu, tambahan kapasitas pembangkit energi fosil didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU/MT) 13.819 MW, PLTG/GU/MG 5.828 MW, serta PLTD sebesar 5 MW.
Total penambahan kapasitas pembangkit fosil adalah 19.652 MW. Secara keseluruhan, pemerintah membidik penambahan kapasitas listrik hingga 40.575 MW pada 2030.
RUPTL PLN 2021–2030 juga turut mengoreksi proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik nasional menjadi rerata 4,9 persen dari sebelumnya 6,4 persen. Penurunan ini disebabkan kondisi oversupply pasokan listrik di Jawa-Bali akibat pandemi Covid-19.
“Percepatan penambahan pembangkit sebesar 40,6 GW [gigawatt] selama 10 tahun ke depan, peran IPP [independent power producer] dibuka lebih besar, termasuk dalam pengembangkan pembangkit tenaga EBT,” katanya.