Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemulihan Ekonomi Global Diganjal Krisis Listrik China hingga Isu Logistik

Perekonomian dunia harus menghadapi sejumlah tantangan seperti restriksi yang menghambat aktivitas sekolah dan tempat kerja, anggota parlemen AS yang berselisih tentang plafon utang dan rencana pengeluaran, hingga China yang mengalami krisis listrik.
Seorang pejalan kaki melewati depan Gedung People's Bank of China. /Bloomberg
Seorang pejalan kaki melewati depan Gedung People's Bank of China. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki kuartal terakhir pada tahun ini, perekonomian global semakin berat menghadapi ancaman pemulihan yang melambat.

Perekonomian dunia harus menghadapi sejumlah tantangan seperti restriksi yang menghambat aktivitas sekolah dan tempat kerja, anggota parlemen AS yang berselisih tentang plafon utang dan rencana pengeluaran, hingga China yang mengalami krisis listrik. Sementara itu pasar gelisah karena Evergrande Group berada di ambang gagal bayar.

Di saat yang sama, harga bahan bakar dan pangan meningkat di seluruh dunia, ditambah dengan kemacetan di pelabuhan dan rantai pasok yang terganggu dapat menekan kenaikan harga. Selain itu, kekurangan tenaga kerja masih menjadi kekhawatiran pelaku usaha.

“Harapan agar segera keluar dari pandemi selalu salah tempat. Pemulihan penuh akan terjadi dalam hitungan tahun, bukan kuartal," ungkap Frederic Neumann, Wakil Kepala Ekonom Asia HSBC Holdings Plc, Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg pada Minggu (3/10/2021).

Kelangkaan pasokan listrik telah memaksa pabrik di China untuk mengurangi produksi mereka. Para ekonom memangkas proyeksi pertumbuhan negara. Ekonom Bloomberg memprediksi dampak kekurangan listrik bakal lebih terasa dibandingkan setelah pelaksanaan lockdown pada awal pandemi menyerang.

Wilayah yang terkena dampak merupakan representasi dari 2/3 perekonomian China termasuk lima provinsi dengan PDB terbesar, seperti Guangdong, Jiangsu, Shandong, Zhejiang dan Henan. Hal ini juga sudah tercermin dari Indeks Manajer Pembelian Manufaktur China yang terkontraksi 49,6 pada September dari 50,1 pada bulan sebelumnya.

Hingga saat ini, Evergrande masih membuat khawatir pemerintah China. Utang jumbo yang dicatat Evergrande masih membayangi sistem keuangan China. President Xi Jinping telah menekankan bahwa regulasi kepada sejumlah industri termasuk properti dan teknologi agar lebih ketat.

Krisis energi di China juga akan memukul pertanian yang dikhwatirkan akan menyebabkan kelangkaan pangan. Dalam beberapa tahun terakhir Beijing harus mengimpor produk pertanian karena ada kekurangan domestik yang menyebabkan harga dan biaya pangan global melonjak ke level tertinggi selama bertahun-tahun.

Harga minyak pertama kali mencapai US$80 per barrel dalam 3 tahun. Sementara gas alam mencapai harga termahal. Chief Executive Officer TotalEnergies SE Patrick Pouyanne mengatakan krisis gas yang berdampak sampai Eropa kemungkinan akan berlangsung sepanjang musim dingin.

Bahkan, analis Bank of America memprediksi harga minyak berpotensi mencapai US$100.

Sementara itu, restriksi akibat masih terus menyebarnya varian delta telah mengakibatkan kemaceta di sejumlah titik persimpangan penting seperti pelabuhan di Shanghai dan Los Angeles, hingga galangan kereta di Chicago dan gudang di Inggris.

Peritel seperti Costco Wholesale Corp., di AS tengah meningkatkan pemesanan untuk memenuhi kebutuhan liburan akhir tahun. Namun, sejumlah manfaktur terkendala pada suplai semikonduktor, bahan kimia, dan kaca.

DP World Dubai, salah satu operator pelabuhan global terbesar, memperkirakan kemacetan yang telah mengguncang arus perdagangan global akan berlanjut setidaknya selama dua tahun lagi.

"Rantai pasok global masih menghadapi krisis sejak awal pandemi. Mungkin kita akan melihat perbaikan pada 2023," ungkap Chairman dan CEO DP World Dubai Sultan Ahmed Bin Sulayem.

Menurutnya, Efek kelangkaan dan akumulasi keterlambatan tercermin dari melonjaknya biaya pengiriman barang. “Tarif kargo akan terus meningkat dan jalur pelayaran mengalami [kemacetan] waktu yang luar biasa," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper