Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Energi di Inggris Bisa Jadi Peluang untuk Ekspor Migas Tanah Air

Krisis energi di Inggris disebabkan oleh sejumlah faktor yakni bangkitnya aktivitas di China pasca-Covid-19. Mulai pulihnya kegiatan ekonomi China dari pandemi juga menggerakan harga komoditas energi di pasar global bersamaan dengan peningkatan permintaan.
Platform offshore migas. Istimewa/SKK Migas
Platform offshore migas. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Krisis energi yang tengah terjadi di Inggris dinilai dapat menjadi peluang pasar baru bagi komoditas gas dari dalam negeri. Indonesia dinilai berpeluang menjadi pemasok gas untuk Inggris di tengah terganggunya pasokan dari Rusia, dan Amerika Serikat.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan tensi antara Eropa, Amerika Serikat dan Rusia ditenggarai sebagai salah satu penyebab krisis di Inggris. Indonesia sebagai negara yang cukup netral bisa menjadi alternatif pemasok gas ke Eropa.

Meski demikian, salah satu tantangan Indonesia untuk bisa memasok gas ke Inggris adalah harga gas yang masih cukup mahal karena biaya produksi di dalam negeri yang sudah termasuk cukup tinggi.

"Sering kali dalam berbisnis, kita sebagai buyer selalu mencari alternatif, untuk menghindari kejadian seperti saat ini walaupun dengan harga yang lebih mahal, sehingga masih bisa menjadi peluang menurut saya," katanya kepada Bisnis, Jumat (1/10/2021).

Dikutip dari TheGuardian pada Jumat (1/10/2021), krisis energi di Inggris disebabkan oleh sejumlah faktor yakni bangkitnya aktivitas di China pasca-Covid-19. Mulai pulihnya kegiatan ekonomi China dari pandemi juga menggerakan harga komoditas energi di pasar global bersamaan dengan peningkatan permintaan dari negara-negara di Asia dan Eropa yang mengalami musim dingin.

Harga gas di Inggris telah mencapai lebih dari empat kali lipat dari tahun lalu ke tertinggi 180 sen dari sekitar 40 sen. Pada bulan lalu saja, harga gas di Inggris telah naik 70 persen.

Pakar pasar di S&P Global Platts mengatakan awal tahun ini permintaan gas China kemungkinan akan meningkat menjadi 360 miliar meter kubik (Bcm) tahun ini, naik 8,4 persen dari perkiraan 332 Bcm pada 2020.

Untuk memenuhi rekor permintaan gasnya, Impor gas China melalui kapal tankerdiperkirakan melonjak hampir seperlima yang menyebabkan lebih sedikit pengiriman ke Eropa dari negara-negara seperti Qatar.

Menyusul kondisi tersebut, akibat pengiriman gas telah beralih dari Eropa ke China, aliran pipa gas ke Eropa dari Rusia gagal menutupi kekurangan tersebut.

Perusahaan gas Rusia, Gazprom, menolak untuk meningkatkan ekspornya ke Eropa meskipun harga mencapai rekor tertinggi di seluruh benua. Hal tersebut telah menyebabkan harga gas di Inggris semakin meningkat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper