Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan China, tetapi memangkas prospeknya untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) setelah penyebaran varian delta yang memukul manufaktur dan pariwisata yang tidak diimbangi dengan tingkat vaksinasi yang memadai.
Dilansir Bloomberg pada Selasa (28/9/2021), pemberi pinjaman di China mengharapkan pertumbuhan 8,5 persen tahun ini dibandingkan dengan 8,1 persen yang diperkirakan pada April. Namun, ada kemungkinan pemulihan akan kehilangan momentum.
Kendati demikian, Bank Dunia memangkas prospeknya untuk Asia Timur dan Pasifik menjadi 2,5 persen dari 4,4 persen dari perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan regional secara keseluruhan terlihat sebesar 7,5 persen, terangkat oleh China.
“Covid-19 mengancam akan timbulnya kombinasi dari pertumbuhan yang melambat dan meningkatnya ketimpangan untuk pertama kalinya dalam abad ini di kawasan EAP. Hasilnya dapat berupa kerugian yang belum pernah terlihat di kawasan itu dalam dua dekade terakhir," sebut World Bank dalam laporannya.
Setelah dapat mengatasi gelombang pandemi di awal, kemunculan varian delta telah menimbulkan gejolak pada pabrik dan pelabuhan di wilayah tersebut. Hal itu mengganggu rantai pasok produk manufaktur.
Restiksi di perbatasan dan kegiatan perjalanan di kawasan ini juga terus menggerus pariwisata hingga menghambat pemulihan ekonomi di kawasan.
Baca Juga
Dalam laporannya, Bank Dunia memperingatkan bahwa pandemi akan membahayakan ekonomi dengan membatasi investasi publik dan swasta. Terdapat risiko ekonomi jangka panjang jika pandemi terus berlanjut.
“Langkah kebijakan harus membantu agen ekonomi tidak hanya untuk menyesuaikan [kondisi] saat ini, tetapi juga memberi jalan untuk mencegah perlambatan dan disparitas ke depannya," dikutip dari laporannya.