Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan menargetkan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-36 yang digelar tahun ini dapat membukukan transaksi senilai US$1,5 miliar, naik 50 persen dari target 2020 sebesar US$1 miliar.
Pemerintah membidik penjualan produk-produk unggulan ke mitra dagang potensial baru yang pasarnya belum dimanfaatkan maksimal oleh eksportir nasional.
Meski kembali digelar secara virtual, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi meyakini transaksi yang dicapai pada TEI ke-36 bisa lebih tinggi seiring dengan inovasi baru yang diusung dalam pameran tahun ini.
Kali ini, TEI akan turut menghadirkan katalog digital (e-katalog) yang memungkinkan para peserta dan pengunjung lebih leluasa mengeksplorasi produk unggulan.
"Dengan beberapa pembeda dibandingkan dengan TEI sebelumnya yang juga diadakan secara virtual, maka kami optimistis TEI ke-36 ini dapat mencapai target transaksi dagang yang lebih besar hingga US$1,5 miliar dan diikuti 1.000 perusahaan dan dihadiri setidaknya oleh 500.000 pengunjung dan buyers dari mancanegara," kata Lutfi dalam peluncuran TEI ke-36 di Jakarta, Senin (27/9/2021).
Lutfi berharap pelaksanaan TEI bisa memberi dampak positif pada kinerja ekspor Indonesia, yang sejauh ini telah mencetak pertumbuhan secara tahunan sebesar 37,77 persen selama periode Januari sampai Agustus 2021.
Baca Juga
"Saya berkeyakinan ini akan tumbuh karena kita bisa lihat tren perdagangan dunia. Ini bukan hanya efek supercycle, tetapi kita juga kebanjiran order dari adanya Perang Dagang antara China dan Amerika Serikat," tambahnya.
Dia memberi contoh pada kinerja ekspor produk elektronik yang mendapat berkah kenaikan permintaan karena beralihnya pemesananan produksi asal China. Dia mencatat kenaikan ekspor elektronik ke Amerika Serikat menyentuh 40 persen secara tahunan.
Adapun dari sisi negara-negara asal buyer yang dibidik, Lutfi menargetkan munculnya transaksi baru dari mitra-mitra dagang potensial yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tahun lalu, transaksi dalam jumlah besar berasal dari mitra dagang utama seperti China dengan transaksi US$505,1 juta dan Jepang sebesar US$224,20 juta.
"Yang penting bagi saya justru ke destinasi-destinasi baru, contohnya negara-negara Afrika berbahasa Arab dan Prancis [kawasan Afrika Utara] sampai ke Senegal, mereka ada pasar yang penting karena punya karakteristik kelas menengah yang sama dan ini mestinya kita bisa penetrasi ke pasar tersebut," kata Lutfi.
Dia menyebutkan pula potensi ekspor ke pasar baru di Asia Tengah yang tidak memiliki akses pelabuhan laut langsung. Pemerintah, kata Lutfi, tengah mengidentifikasi kendala yang dihadapi importir dari kawasan tersebut dalam mendatangkan barang dari Indonesia.
"Dari Arzebaijan sampai ke Uzbekistan itu land-locked. Harus masuk Laut Kaspia, ke Baku dan ditansportasikan ke daerah-daerah tersebut. Namun bukan tidak mungkin, kalau negara lain bisa kita tentu bisa," ujarnya.
Produk dan jasa unggulan Indonesia yang akan ditampilkan terbagi dalam delapan kategori, yaitu manufactured product, digital lifestyle & services, medical & healthcare, renewable energy, food & beverage products, living comfort & amenities, fashion & beauty products, dan halal product.