Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan CPO 2022 Terkontraksi, Harga Diperkirakan Susut

Berdasarkan data Bloomberg, produksi minyak nabati dunia akan tumbuh 100 persen secara tahunan menjadi 5 juta ton pada 2021-2022.
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan minyak kelapa sawit atau CPO diproyeksi terkontraksi pada 2022. Meningkatnya permintaan minyak nabati jenis lain dinilai menjadi faktor utama.  

Berdasarkan data Bloomberg, produksi minyak nabati dunia akan tumbuh 100 persen secara tahunan menjadi 5 juta ton pada 2021-2022. Tetapi, pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia akan stabil di level 4 juta ton per tahun. 

"[Sementara itu]harga acuan [CPO] berpotensi turun ke level RM3.200-RM3.800 pada April-September 2022," seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (25/9/2021). 

Seperti diketahui, India merupakan salah satu negara dengan permintaan CPO  terbesar di dunia. Tetapi, permintaan CPO negara tersebut diramalkan susut 6,82 persen secara tahunan menjadi 7,65 juta ton sepanjang 2022. 

Pada saat yang sama, permintaan minyak kedelai akan tumbuh menjadi 2,9 juta ton dari perkiraan tahun ini di kisaran 2,88 juta ton. Sementara itu, permintaan minyak bunga matahari akan melesat 28,2 persen secara tahunan menjadi 2,5 juta ton. 

India juga berencana untuk mengurangi bea masuk minyak biji rapa lantaran tingginya harga minyak biji rapa lokal. Dengan demikian, permintaan minyak nabai dari Negeri Bollywood akan tumbuh tipis 0,29 persen secara tahunan menjadi 13,44 juta ton per 2022. 

Di samping itu, pembelian minyak kedelai oleh China diperkirakan mencapai 100 juta ton pada tahun depan. Hal tersebut membuat pembelian minyak biji rapa berpotensi melemah. 

Dari sisi pasokan, produksi CPO diramalkan akan membaik tahun depan, khususnya setelah bulan Ramadhan 2022. Produksi CPO Malaysia diramalkan tumbuh 1 juta ton menjadi 19,2 jtua ton, sedangkan produksi CPO Indoneia diperkirakan anik 1 juta ton. 

Namun demikian, penurunan harga CPO pada medio 2022 juga mempertimbangkan tidak adanya ciaca buruk, tidak ada penambahan DP Ekspor CPO Indonesia, dan pengendalian Covid-19 yang baik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper