Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Perusahaan Makanan Ternak atau GPMT mencatat adanya tren penurunan pasokan jagung untuk pakan ternak seiring dengan peningkatan harga komoditas strategis itu selama satu kuartal terakhir.
Di sisi lain, permintaan jagung untuk pakan itu stabil di posisi 650.000 sampai 700.000 ton per bulan untuk wilayah Blitar, Kendal dan Lampung.
Ketua Umum GPMT Desianto B. Utomo menerangkan rentang waktu ketersediaan jagung itu turut mengalami penyusutan yang signifikan. Biasanya, ketersediaan jagung di sejumlah perusahaan produsen pakan ternak bisa mencapai 60 hingga 61 hari pada pertengahan tahun lalu. Saat ini, rentang ketersediaan jagung hanya mencapai 44 sampai 49 hari.
“Pemakaian setiap harinya itu lebih banyak dari pada yang bisa kita beli lagi jadi tidak bisa menambah umur stok. Katakanlah pemasukannya 10 ton tetapi permintaannya 12 ton setiap hari,” kata Desianto kepada Bisnis.com, Senin (20/9/2021).
Saat ini, dia membeberkan, ketersediaan jagung untuk pakan ternak di sejumlah perusahaan sekitar 800.000 ton. Hanya saja, ketersediaan jagung itu bakal turun di posisi 700.000 ton bulan depan.
“Padahal panen masih lama takutnya nanti setiap hari pemakaian lebih banyak dari pada pemasukkan jagung baru, stok di pabrik berkurang karena pembelian baru tidak kontinu atau lebih kecil dari pemakaiannya,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi memastikan stok jagung lokal mengalami surplus mencapai 2,37 juta ton hingga pekan kedua September 2021. Kendati demikian, Harvick mengakui, stok jagung itu mengalami defisit di sejumlah provinsi.
“Stok beras diperkirakan mencapai 7,62 juta ton, jagung 2,37 juta ton, cabai besar 16.000 ton, cabai rawit 17.000 ton, bawang merah 35.000 ton dan komoditas lainnya dalam kondisi surplus dan aman,” kata Harvick saat rapat kerja bersama dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Senin (20/9/2021).
Di sisi lain, Harvick membeberkan, sejumlah komoditas strategis seperti jagung, cabai besar, cabai rawit, bawang merah, telur ayam dan daging ayam mengalami defisit di sejumlah provinsi. Misalkan, sesuai catatan Kementan, defisit komoditas jagung dialami di Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan DKI Jakarta.
“Dalam rangka menjamin ketersediaan pangan di seluruh provinsi Kementerian Pertanian membantu stimulus transportasi pengiriman produk pertanian dari wilayah surplus ke wilayah defisit,” kata dia.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian di Komisi IV DPR RI, total stok jagung hingga pekan kedua September 2021 mencapai 2,61 juta ton. Perinciannya, 744.250 ton berada di pengepul, 95.506 ton berada di grosir, 423.473 ton berada di agen, 29 ton berada di distributor, 288.305 ton ada di pedagang eceran.
Sementara industri pengolahan tercatat menampung 20.962 ton jagung, usaha lainnya menampung 276.300 ton, pemerintah dan lembaga nirlaba menyimpan 30.136 ton, rumah tangga memiliki persediaan 14.214 jagung dan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menyimpan 722.252 ton.