Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank UOB Enrico Tanuwidjaja memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 3,5 persen pada 2021 dan akan meningkat menjadi 5 persen pada 2022.
Sementara itu, menurutnya, tingkat inflasi masih terjaga dalam kisaran yang rendah, yaitu diperkirakan mencapai 2,4 persen pada 2021 dan meningkat menjadi 2,7 persen pada 2022.
“Ini memungkinkan kebijakan moneter lebih akomodatif, ditambah sinergi kebijakan ekspansif fiskal dan restrukturisasi dari OJK [Otoritas Jasa Keuangan] menungkinkan pemulihan ekonomi Indonesia lebih menyeluruh dan berkesinambungan,” katanya dalam Webinar UOB Economic Outlook 2022, Rabu (15/9/2021).
Dari sisi moneter, dia memperkirakan Bank Indonesia akan mulai menempuh kebijakan untuk menaikkan suku bunga pada semester II/2021, sejalan dengan adanya kebijakan normalisasi suku bunga oleh the Fed, Bank Sentral Amerika Serikat.
Dia menilai nilai tukar rupiah ke depan berpotensi melemah karena volatilitas di pasar keuangan global yang masih tinggi dan adanya risiko mutasi varian baru Covid-19, namun tetap terjaga dengan baik, yang ditopang oleh tetap masuknya aliran modal asing.
“Perkiraan kami [nilai tukar rupiah mencapai] kisaran Rp14.650 hingga Rp14.850 untuk akhir tahun ini dan dengan berangsur kembali meningkatnya impor seiring pemulihan ekonomi Indonesia, maka sangat mungkin mencapai Rp15.000-an di tahun depan,” jelasnya.
Baca Juga
Meski demikian, dia mengatakan dengan adanya reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja dan dengan dibentuknya Sovereign Wealth Fund atau Indonesia Investment Authority (INA), maka aliran investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) meningkat.
Kondisi ini dinilai akan menutup defisit transaksi berjalan yang diperkirakan melebar secara perlahan ke depan. Hal ini nantinya akan berdampak positif pada stabilisasi nilai tukar rupiah.