Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hakaaston Siap Gunakan Aspal Karet di Jalan Tol Trans Sumatra

PT Hakaaston, anak perusahaan PT Hutama Karya (Persero) mendorong penggunaan aspal karet dalam konstruksi jalan tol, meski pemerintah masih enggan untuk memanfaatkan bahan konstruksi alternatif itu.
Ilustrasi: Penggunaan aspal karet/westernpma.org
Ilustrasi: Penggunaan aspal karet/westernpma.org

Bisnis.com, JAKARTA – PT Hakaaston, anak perusahaan PT Hutama Karya (Persero) mendorong penggunaan aspal karet dalam konstruksi jalan tol, meski pemerintah masih enggan untuk memanfaatkan bahan konstruksi alternatif itu.

PT Hakaaston (HKA) menyatakan siap mendukung penggunaan aspal karet dalam konstruksi Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) dengan melakukan penelitian agar bisa menekan biaya produksinya di dalam negeri.

“Aspal karet masuk dalam spesifikasi aspal PG [Performance Grade] yang dipersyaratkan untuk lajur utama jalan tol. Sejalan dengan hal tersebut, HKA siap untuk mendukung produk aspal karet alam di proyek JTTS,” kata Sekretaris Perusahaan HKA Aditya Nur Rahadi kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).

Aditya menyampaikan, penerbitan surat rekomendasi teknis terkait penerapan ruang bebas, perkerasan jalan, dan drainase di jalan tol dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menjadi legitimasi penggunaan aspal karet dalam konstruksi jalan tol.

Dalam rangka menekan biaya produksi, Aditya berujar, hasil penelitian yang dilakukan pihaknya adalah menggunakan teknologi produksi aspal karet dalam ukuran mikro sebagai ekstrak. Menurutnya, hal tersebut dapat menekan biaya logistik aspal karet ke tempat proyek.

Dengan kata lain, pengembangan teknologi aspal karet yang dilakukan HKA akan memperluas penggunaan aspal karet ke luar daerah produsen karet alam.

Seperti diketahui, penggunaan aspal karet sejauh ini terbatas pada Pulau Sumatra yang notabenenya sebagai wilayah produsen karet nasional.

Sebelumnya, Direktur Pembangunan Jalan Kementerian PUPR Herry Vaza mengatakan bahwa pihaknya sedang menunggu hasil penelitian Universitas Gadjah Mada terkait teknologi pengaspalan agar dapat menggunakan karet jenis Standard Indonesian Rubber (SIR) 20.

Adapun, teknologi tersebut akan menekan biaya produksi aspal karet yang selama ini menghambat penggunaan aspal karet.

Kementerian PUPR juga mencatat karet alam yang digunakan sebagai agregat aspal dalam konstruksi jalan hanya sekitar 6–20 persen. Namun demikian, biaya konstruksi dengan aspal karet terbilang tinggi lantaran jenis karet yang digunakan adalah lateks.

Seperti diketahui, mayoritas karet yang diproduksi oleh industri karet alam nasional adalah karet SIR 20. Sementara itu, kuantitas produksi karet lateks di dalam negeri masih minim, alhasil harga lateks pun jauh lebih mahal.

Lateks merupakan karet dengan ketebalan paling tipis dan umum digunakan sebagai bahan baku sarung tangan karet medis, sedangkan karet SIR 20 merupakan bahan baku dari produksi ban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper