Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) dinilai perlu mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk bisa mengejar target bauran energi baru dan terbarukan dan emisi nol karbon pada 2050.
Pengamat Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan seiring dengan larangan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap yang berbasis batu bara, maka PLN perlu melakukan terobosan untuk bisa menghasilkan energi listrik yang bersih.
Dia menuturkan, salah satu upayanya adalah melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mulai dari sekarang. PLTN dapat menjadi solusi mengingat cara kerja yang memanfaatkan uranium sebagai bahan utama untuk menghasilkan panas yang sangat besar.
Fahmy mengatakan, PLTN termasuk energi bersih yang dapat melengkapi dalam bauran energi pembangkit listrik. PLTN sekaligus dapat mengatasi kelemahan pembangkit listrik EBT yang tidak dapat memasok listrik secara penuh atau disebut intermittent.
"Pasokan listrik PLTS menjadi berkurang pada saat cuaca mendung dan hujan. Pasokan listrik PLTB ditentukan tinggi-rendahnya tiupan angin. Dalam kondisi tersebut, PLTN dapat memasok listrik pada saat PLTS dan PLTB mengalami penurunan pasokan listrik," ujar Fahmy dalam keterangannya yang dikutip pada Senin (13/9/2021).
Menurut Fahmy, agar pengembangan PLTN di Indonesia dapat berjalan lancar dibutuhkan beberapa syarat yakni komitmen yang kuat dari kepala negara untuk merealisasikan PLTN. Komitmen tersebut dapat ditunjukkan dengan keseriusan pemerintah seperti pada saat pembangunan infrastruktur secara massif.
Selanjutnya, pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus merealisasikan komitmen Presiden Joko Widodo dengan mengubah Kebijakan Energi Nasional, yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir, sehingga perlu diubah menjadikan energi nuklir sebagai energi prioritas.
Fahmy menambahkan, perlu adanya kampanye publik untuk meningkatkan keperceayaan masyarakat terhadap penggunaan PLTN. Selama ini tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN masih sangat rendah. Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara, di antaranya Jepang, Rusia dan Ukrania.
Namun, kemajuan teknologi reaktor nuklir terbaru, yang digunakan oleh Rostov Rusia, dapat mencegah terjadinya kecelakaan nuklir hingga mencapai nol persen (zero accident).
"Tanpa mengembangkan energi nuklir, sangat sulit bagi PLN untuk mencapai 100 persen pembangkit listrik EBT, yang menjadi syarat untuk mencapai zero carbon pada 2050. Untuk mencapai zero carbon tersebut, saatnya bagi Indonesia untuk secara serius dan terus-menerus mengembangkan energi nuklir pembangkit listrik," ungkapnya.