Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) menyatakan implementasi teknologi multi lane free flow (MLFF) dalam industri jalan tol sebagai titik balik yang krusial, karena tidak lagi memungkinkan untuk penggunaan uang kartal.
Sekretaris Jenderal ATI Krist Ade Sudiyono mengatakan bahwa transaksi jalan tol saat ini sudah tidak memungkinkan untuk menggunakan uang kartal. Penggunaan teknologi MLFF pun nantinya tidak akan memungkinkan transaksi tol menggunakan kartu uang elektronik.
“Saya ingin mengajak teman-teman RITS untuk tidak mensimplifikasi isu ini hanya [dari] aspek teknologi. Ini menyangkut risiko investasi dan iklim investasi jalan tol yang saat ini sudah Rp730 triliun,” katanya dalam diskusi publik Reformasi Sistem Transaksi Tol sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan kepada Pelanggan, Rabu (8/9/2021).
Seperti diketahui, RITS atau PT Roatex Indonesia Toll System adalah operator MLFF yang memenangkan lelang konstruksi sistem MLFF pada semester I/2021. Adapun, uji coba sistem MLFF akan dilakukan pada Juli 2022.
Krist berujar, implementasi MLFF harus direncanakan dengan baik, cermat, matang, dan waktu yang cukup.
“Keputusan saat ini adalah keputusan bersejarah yang bisa jadi titik balik ke arah modernisasi pengelolaan bisnis jalan tol,” ucapnya.
Apalagi, dia meramalkan, investasi yang tertanam pada industri jalan tol dapat mencapai Rp1.000 triliun. Adapun, volume transaksi jalan tol pada tahun ini diprediksi bisa menyentuh Rp25 triliun.
Oleh karena itu, Krist mengatakan, pihaknya memiliki empat aspek yang harus diperhatikan. Pertama, sistem teknikal yang akan dipasang pada sistem jalan tol nasional.
Menurutnya, sistem MLFF harus memiliki keandalan dan memiliki aspek berkelanjutan yang baik. Selain itu, RITS harus dapat memastikan pemenuhan service level agreement (SLA) terkait waktu dan ketepatan transaksi pada pengguna jalan tol.
Kedua, komersialisasi sistem MLFF pada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Seperti diketahui, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menekankan bahwa penerapan MLFF harus membebaskan biaya tambahan pada pengguna jalan tol.
“Ini hal-hal yang harus kita diskusikan dan selesaikan, paralel dengan isu teknikal,” ucapnya.
Ketiga, keamanan hukum dalam pengoperasian MLFF. Seperti diketahui, teknologi MLFF yang digunakan akan menggunakan sistem Global Navigation Satellite System (GNSS).
Dengan kata lain, sistem milik RITS akan merekam koordinat pengguna secara langsung selama menggunakan jalan tol. Selain itu, sistem RITS juga akan merekam nomor polisi kendaraan yang digunakan.
Krist mengkhawatirkan kebocoran data yang beberapa kali terjadi dan terulang pada teknologi MLFF. “Dengan demikian, konsekuensi-konsekuensi yang terkait dengan fungsi tersebut harus dimitigasi dan disusun kembali,” katanya.
Keempat, sosialisasi teknologi MLFF pada pengguna jalan tol nasional, karena BPJT menjadwalkan teknologi MLFF digunakan secara penuh pada September 2023.
Krist berpendapat, RITS harus dapat mengedukasi publik terkait penggunaan teknologi MLFF di jalan tol. Selain itu, RITS juga harus menyediakan retail consumer support dalam mengoperasikan MLFF nantinya.
“Saya yakin kalau kita bersama, perhatian-perhatian itu bisa diselesaikan bersama, supaya bangsa ini menjadi semakin berkembang ke depan, bukan ke belakang,” ucapnya.