Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey berharap pasar swalayan (ritel) dimasukkan ke dalam sektor prioritas selama pandemi Covid-19.
Harapan tersebut dikemukakanya saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo bersama Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid, dan Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja.
"Dalam paparan tadi kami menyampaikan pertama, sektor ritel modern sebagai pendorong konsumsi rumah tangga karena Indonesia masih negara konsumsi yang sangat tergantung konsumsi rumah tangga, 57,6 persen tergantung konsumsi rumah tangga maka kami berharap supaya sektor perdagangan eceran atau pasar modern ini dapat dijadikan sektor prioritas," kata Roy, dikutip dari Antara, Rabu (8/9/2021).
Dalam pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), sektor esensial dan kritikal diberi pengecualian untuk dapat terus beroperasi.
"Karena sampai hari ini kami terdampak dan harus terus beroperasi tapi belum mendapat kesempatan untuk restrukturisasi kredit dan sebagainya karena kita bukan sektor prioritas. Kita mengajukan untuk hal tersebut," tambah Roy.
Ia juga berharap ada relaksasi terhadap berbagai peraturan untuk pengembangan pasar swalayan. Salah satu yang masih menjadi kendala adalah pengembangan ritel modern atau pasar swalayan yang mengatur harus dengan waralaba.
Baca Juga
Padahal, Roy menyebut saat masa pandemi model waralaba bukan jadi satu pilihan untuk investasi. "Khususnya yang bernilai signifikan misalnya supermarket, 'hypermarket' dan 'department store', sangat sulit untuk mencari pewaralabanya," tambah Roy.
Artinya, menurut Roy, sulit bagi pengusaha ritel untuk melakukan ekspansi usaha atau mencari investor bila model bisnis yang diterapkan harus berbentuk waralaba.
"Kita tidak bisa investasi, bahkan OSS [Online Single Submission] berbasis risiko yang sudah 'di-launching' itu juga akan mengunci kami ketika kami mengajukan perizinan, pengembangan usaha harus dengan waralaba. Ini kita minta direlaksasi," ungkap Roy.
Sebelumnya, ia memaparkan bahwa aktivitas belanja masyarakat saat ini masih terbatas pada barang-barang kebutuhan pokok. Penjualan ritel untuk produk secondary cenderung terbatas karena masyarakat menengah ke atas masih menahan belanja.
“Implementasi protokol kesehatan dengan Peduli Lindungi berbanding terbalik dengan jumlah pengunjung. Belum normal karena faktanya vaksinasi masih terbatas, baru sekitar 25 persen yang menerima dosis pertama,” tambahnya.
Meski demikian, Roy meyakini kinerja ritel pada kuartal IV/2021 bisa membaik, dengan catatan vaksinasi menjangkau lebih banyak masyarakat dan kebijakan bisa seperti PPKM mikro. Dia optimistis ritel modern bisa mengejar pertumbuhan seperti kuartal II/2021 jika hal tersebut tercapai.