Bisnis.com, JAKARTA - Nilai impor bijih besi China mencapai rekor terbaru pada Agustus meskipun regulator berupaya memangkas produksi baja dan menenangkan harga komoditas. Hal ini juga memperlihatkan perdagangan dengan Australia meningkat di tengah ketegangan dua negara.
China mencatatkan impor bijih besi senilai US$20 miliar pada Agustus, berdasarkan rilis yang disampaikan oleh pemerintah pada Selasa (7/9/2021). Capaian tersebut naik dari tahun sebelumnya lantaran harga yang naik. Adapun, total volume impor mencapai 97,5 juta ton.
Agustus juga menjadi bulan yang mencatatkan impor secara keseluruhan menjadi yang tertinggi dari Australia, yang kemungkinan juga dikontribusi dari pengiriman lumpur merah. Perlu diketahui, tambang Australia memenuhi suplai sebesar 60 persen dari kebutuhan China.
Baca Juga
Kendati demikian, kedua negara tengah dalam ketegangan di mana China tengah menutup atau membatasi ekspor Australia sebagai balasan penghinaan diplomatik.
Bendahara Josh Frydenberg mengatakan ekonomi Australia telah memperlihatkan ketahanan dalam menghadapi tekanan dari China karena para produsen langsung mengalihkan perdagangan ke pasar lainnya.
Bagaimanapun, harga bijih besi jatuh sejak memuncak pada Mei dan permintaan dari China akan melemah pada semester II/2021 akibat sektor properti dan industri baja. Adapun, kenaikan impor dikontribusi dari pengiriman dari Brasil sejak Juli dan berhasil meningkatkan persediaan.