Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Tapering, Bappenas: Ekonomi Indonesia Sudah Lebih Baik

Bappenas menilai kemampuan ekonomi Indonesia lebih kuat menghadapi tapering off dibandingkan dengan 2013.
Warga melintas di depan gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Senin (13/8/2018). Bloomberg/Andrew Harrer
Warga melintas di depan gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Senin (13/8/2018). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menilai ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tapering off, seiring dengan pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS), akan lebih kuat dibandingkan dengan 2013.

Tapering, atau pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral dengan mengurangi stimulus ekonomi, disinyalkan akan dimulai tahun ini oleh bank sentral AS Federal Reserve (Fed) seiring dengan pemulihan ekonomi.

"Kalau dibandingkan dengan sekarang ini, kondisi makroekonomi walaupun masih pandemi, ini sudah mulai pulih. Nilai tukar dalam kondisi melemah hanya 2,62 persen. Sementara di 2013 sebelum tapering off nilai tukar melemah sampai 24 persen," jelas Amalia pada diskusi bersama rekan media di kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Kamis (2/9/2021).

Di sisi cadangan devisa pun, tambah Amalia, kondisi ekonomi Indonesia masih relatif lebih kuat untuk menghadapi tapering dibandingkan dengan 2013. Pasalnya, cadangan devisa pada tapering di 2013 hanya sebesar US$99,4 miliar, sedangkan kini cadangan devisa Juli 2021 mencapai US$137,3 miliar.

"Sekarang kita punya cadangan devisa US$137,3 miliar, yang setara dengan sekitar 8 bulan impor. Ini relatif aman karena standar itu setara 3 bulan impor," jelasnya.

Amalia menilai indikator perekonomian tersebut membuat Indonesia lebih percaya diri dalam menghadapi normalisasi kebijakan moneter AS.

Apalagi, kini The Fed dinilai lebih transparan terhadap rencana kebijakan moneternya, misalnya kapan akan melakukan tapering off. Hal itu membuat negara-negara lain dan pasar bisa melakukan antisipasi.

Tingkat suku bunga yang rendah, kata Amalia, juga memberikan ruang yang cukup bagi Indonesia untuk menahan risiko tapering seperti aliran modal keluar asing atau capital outflow. Hingga saat ini, BI masih menahan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di 3,5 persen.

"Sehingga kalau seandainya ada upaya untuk menahan capital outflow, kita masih ada punya ruang untuk menaikkan suku bunga tanpa menyebabkan dampak lain dari kemungkinan terhambatnya sektor riil. Jadi ini sudah kita timbang-timbang," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper