Bisnis.com, JAKARTA - Implementasi bea masuk tindakan pengamanan atau safeguard di sektor garmen tinggal selangkah lagi. Namun, Direktur Ekesekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai penerapan kebijakan itu tidak akan serta-merta mendongkrak kinerja industri tekstil di sisa tahun ini.
Sebelumnya, pembahasan safeguard garmen telah memasuki tahap akhir dan ditarget untuk rilis pada bulan ini.
"Saya lihat ada pengaruhnya, tetapi masih relatif kecil. Memang akan meningkatkan kinerja di industri tekstil, tapi mungkin peningkatannya tidak cepat," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (2/9/2021).
Meski demikian, dia mengatakan arah kebijakan sudah benar. Namun, di tengah daya beli dalam negeri yang masih lesu dan aktivitas ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, dampaknya terhadap perbaikan kinerja belum akan dirasakan dalam jangka pendek.
"Kalau terjadi pemulihan di kuartal keempat [2021], relatif paling lambat dibanding produk-produk lain," ujarnya.
Secara year-on-year, sektor tekstil dan pakaian jadi mencatatkan kontraksi 4,54 persen pada kuartal II/2021, sedangkan quartal-to-quartal tumbuh 0,43 persen.
Baca Juga
Tekstil juga merupakan satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi di industri manufaktur. Tauhid mengatakan perlambatan tersebut juga didukung penjualan riil yang relatif rendah dibandingkan dengan kelompok produk lain seperti suku cadang, makanan dan minuman, bahan bakar kendaraan, perlengkapan rumah tanggan, dan sebagainya.
"Masyarakat sekarang untuk ke tempat pariwisata, atau melakukan kegiatan ibadah, termasuk pendidikan, berkurang. Jadi kebutuhan sandang relatif tidak tinggi," ujarnya.