Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdaganan Kasan menegaskan peran sentral perjanjian kerja sama perdagangan dengan negara lain untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Sejumlah kesepakatan perdagangan diharapkan dapat menjadi stimulus bagi pemulihan perdagangan serta turut meningkatkan arus investasi di tengah pandemi Covid-19.
Kasan menerangkan kegiatan ekspor, impor dan investasi menjadi komponen penting dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Saat terjadinya penurunan konsumsi domestik, dia mengatakan, ekspor dan impor justru menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan pada Triwulan II-2021, yaitu masing-masing sebesar 31,78 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 31,22 persen yoy.
“Oleh karena itu, implementasi dan pemanfaatan perjanjian kerja sama perdagangan yang telah dimiliki Indonesia perlu terus digenjot, agar pertumbuhan ekspor saat ini tidak hanya bergantung pada kenaikan harga komoditas,” kata Kasan saat membuka seminar web Gambir Trade Talk 2021 ke-2, Jumat (3/9/2021).
Adapun, impor Indonesia pada tahun ini diperkirakan bisa lebih dari 2 persen. Namun, tingginya pertumbuhan impor tersebut dinilai tidak perlu dikhawatirkan selama didominasi oleh bahan baku dan penolong demi menggenjot produktivitas industri dalam negeri.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan menyebutkan ekspor pada 2021 setidaknya harus tumbuh 5 persen dan pertumbuhan impor tidak lebih dari 2 persen jika Indonesia ingin mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen. Sementara itu, investasi harus tumbuh lebih dari 15 persen dan konsumsi domestik tumbuh 5 persen.
Baca Juga
“Saya kira selama impor didorong untuk bahan baku dan barang pendukung produksi tidak masalah, selama tidak didominasi oleh kenaikan barang konsumsi dan bahan baku bisa diolah untuk produk bernilai tambah ke negara tujuan ekspor,” kata ekonom Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Mohammad Faisal saat dihubungi, Minggu (11/4/2021).
Oleh karena itu, Faisal mengatakan strategi menjemput bola yang digulirkan oleh pemerintah belum lama ini ke negara-negara mitra dagang utama perlu diimbangi dengan kalkulasi yang tepat. Pemerintah harus memastikan kenaikan ekspor yang dibidik tetap lebih tinggi dari kenaikan impor yang berpotensi terjadi.
Sepanjang 2020, impor barang konsumsi tercatat turun 10,9 persen dari US$16,45 miliar pada 2019 menjadi US$14,66 miliar. Sementara itu impor untuk bahan baku dan penolong mengalami koreksi terdalam yakni 18,3 persen dan impor barang modal terkontraksi 16,7 persen dibandingkan dengan 2019.