Bisnis.com, JAKARTA -- PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk. (GMFI) berhasil memperoleh persetujuan untuk restrukturisasi kredit senilai US$376 juta atau sekitar Rp5,45 triliun (dengan asumsi kurs Rp14.500 per US$) dari 4 bank baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Direktur Keuangan GMFI Edward Okky Avianto memerinci persetujuan restrukturisasi dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) senilai US$320 juta atau setara Rp4,64 triliun.
"Restrukturisasi yang sudah kami lakukan adalah terhadap Himbara BNI dan BRI. Kita lakukan per Juli 2021, BNI ada perpanjangan tenor bervariasi dari 2026 sampai 2027. Untuk BRI perpanjang tenor sampai dengan 2030," ujarnya dalam paparan publik insidentil yang dikutip, Senin (30/8/2021).
Selanjutnya, perseroan juga menyepakati perpanjangan tenor fasilitas kredit modal kerja dari IIIF senilai US$20 juta menjadi pada 2026 dan Maybank senilai US$36 juta sampai dengan pada 2027.
Tak hanya itu, anak usaha Garuda tersebut juga sudah melakukan negosiasi perpanjangan tenor terhadap beberapa vendor rekanan perseroan yang totalnya sampai saat ini sekitar US$40 juta-US$50 juta yang diperpanjang selama 2-3 tahun dari waktu jatuh tempo.
"Kami berharap ke depan akan ada kesepakatan selanjutnya juga dengan vendor lain yang belum deal," ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, GMF juga tetap menjalankan sejumlah upaya penghematan dan peningkatan pendapatan guna menjaga kelangsungan usaha di tengah kondisi pasar yang masih dinamis.
Seiring dengan penurunan aktivitas produksi dan inisiatif efisiensi yang secara agresif terus dijalankan, Perseroan berhasil memangkas beban usaha dari semula US$139,7 juta pada kuartal I/2020 menjadi US$67,7 juta pada kuartal I/2021 atau mengalami penurunan 52 persen secara year on year (y-o-y).
Hingga kuartal I/2021, perusahaan jasa pemeliharaan pesawat tersebut (Maintenance, Repair, and Overhaul/MRO) membukukan pendapatan usaha senilai US$62,8 juta pada kuartal I/2021.
Nilai ini mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, dimana kinerja pada triwulan pertama tahun 2020 belum terdampak secara signifikan oleh pandemi Covid-19. Pemulihan pada awal 2021 juga kembali terhambat akibat terjadinya peningkatan penyebaran kasus Covid-19, baik di dalam maupun luar negeri, serta kembali diterapkannya beberapa kebijakan pembatasan.
Hal senada juga dilaporkan oleh IATA, di mana pemulihan aktivitas penerbangan kembali terhambat imbas dari kebijakan pembatasan perjalanan dan progress vaksinasi yang belum merata.
Tren serupa juga dialami oleh customer afiliasi perseroan, di mana blockhours dan frekuensi penerbangan kembali mengalami penurunan sejak Desember 2020. Kondisi tersebut turut berimbas pada penurunan jumlah event maintenance pada segmen bisnis inti perseroan.