Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awas Inflasi AS! Menkeu Ungkap Kendala Pasokan Elektronik di Malaysia Jadi Pemicu

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa inflasi di berbagai negara maju saat ini melonjak. AS yang menjadi salah satunya, dimana inflasinya melonjak dari 1 persen pada Juli tahun lalu menjadi 5,4 persen di tahun ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa pemulihan ekonomi yang berbeda di berbagai negara di dunia menyebabkan kenaikan inflasi. Permintaan melonjak tinggi akan tetapi ketersediaannya belum siap 100 persen.

Fenomena ini disebabkan pandemi Covid-19. Banyak pabrik tidak bisa beroperasi secara maksimal dan di saat yang sama permintaan tertahan, tiba-tiba permintaan melonjak karena ekonomi yang mulai pulih. Ini menimbulkan harga barang meningkat.

“Malaysia yang masuk sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi dan merupakan supplier dari beberapa elektronik, ini juga menimbulkan dampak inflasi sampai ke Amerika Serikat [AS]. Ini yang harus kita perhatikan,” katanya pada rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (30/8/2021).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa inflasi di berbagai negara maju saat ini melonjak. AS yang menjadi salah satunya, dimana inflasinya melonjak dari 1 persen pada Juli tahun lalu menjadi 5,4 persen di tahun ini.

Dalam beberapa kesempatan, Sri Mulyani mewaspadai hal tersebut. Inflasi yang tinggi membuat Bank Sentral AS menarik stimulus sehingga muncul tapering off. Taper tantrum seperti pada 2013 bisa saja kembali berulang.

“Kami dengan Gubernur Bank Indonesia selalu terus melihat seluruh dinamika ekonomi kita. Karena kita bersama-bersama bertanggung jawab mendesain kebijakan fiskal dan moneter yang bisa mengurangi dampak yang terjadi baik di dalam kendali kita maupun di luar kendali kita,” jelasnya.

Pemulihan ekonomi yang tidak seragam, tambah Sri, menjadi salah satu risiko global. Pandemi hanya akan hilang apabila tidak ada lagi di dunia.

Oleh karena itu, vaksinasi tidak bisa eksklusif. Mungkin beberapa negara merasa lebih tahan. Namun, dia bakal terus ada berpindah-pindah, bahkan bermutasi.

“Jadi kita tidak bisa menyelesaikan begitu saja tapi ada dampak bagaimana peneterasi vaksinasi dan sistem kesehatan di seluruh negara,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper