Bisnis.com, JAKARTA — Langkah pemerintah untuk mengambil alih proyek pembangunan pipa transmisi gas bumi ruas Cirebon-Semarang semakin serius. Proyek itu telah dicanangkan masuk dalam program prioritas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2022.
Hal itu diungkapkan dalam rapat kerja antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif bersama dengan Komisi VII DPR yang digelar pada Kamis (26/8/2021). Proyek tersebut masuk dalam kegiatan prioritas di bidang minyak dan gas bumi 2022.
"Terkait dengan kegiatan prioritas Kementerian ESDM di tahun anggaran 2022 antara lain di bidang migas pipa transmisi tahap 1 ruas Cirebon-Semarang senilai Rp1 triliu," ujar Arifin.
Adapun kegiatan prioritas Kementerian ESDM tahun anggaran 2022 selain pembangungan pipa transmisi Cisem di antaranya adalah proyek jaringan gas bumi sebanyak 6.000 sambungan rumah tangga senilai Rp60 miliar.
Program konversi kit nelayan sebanyak 35.000 paket dengan total anggaran Rp350 miliar dan konversit kit petani sebanyak 10.000 pake senilai Rp83,5 miliar juga termasuk dalam kegiatan prioritas Kementerian ESDM tahun depan.
Di samping itu terdapat program prioritas di bidang migas lainnya yakni pengawasan LPG 3 kilogram untuk total volume 8 juta metrik ton dengan total anggaran Rp1,6 miliar dan pengawasan BBM 1 harga untuk 401 penyalur dengan total anggaran Rp9,1 miliar.
Baca Juga
"[Usulan alokasi anggaran 2022] Ditjen Migas sebesar Rp1,7 triliun," jelasnya.
Adapun belakangan proyek pipa transmisi gas bumi Cisem menjadi sorotan. Pasalnya PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) adalah pemenang lelang kedua dalam proyek itu.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BNBR memasukkan proposal untuk membangun proyek Cisem sejak 2006. Setelah 15 tahun berlalu, tanpa studi kelayakan baru, proyek itu kemudian ditetapkan menjadi milik perusahaan.
BPH Migas memberikan hak khusus untuk menggarap proyek pipa gas Cisem pada pekan pertama Agustus 2021. Berdasarkan taksiran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, nilai proyek tol gas itu mencapai Rp2,89 triliun.
Durian runtuh bagi BNBR itu akibat PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai pemenang awal memutuskan mundur dalam proyek strategis nasional itu. Anak usaha Pupuk Indonesia Holding itu memutuskan tidak jadi membangun dan mengaliri gas bagi industri di utara Jawa sejak akhir 2020.