Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2021 lebih besar dari pertumbuhan sejumlah negara seperti Vietnam dan Korea Selatan. Adapun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini adalah 7,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II/2021 lebih tinggi dari beberapa negara tetangga yang telah merilis angka pertumbuhan di kuartal kedua, yaitu Vietnam yang tumbuh 6,6 persen [yoy] dan Korea Selatan 5,9 persen [yoy],” tutur Airlangga pada HSBC Summit 2021 secara virtual, Rabu (25/8/2021).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, tambahnya juga, merupakan yang tertinggi sejak krisis global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pada 2008.
Airlangga mengatakan capaian pertumbuhan ini didorong oleh komitmen pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Menurut Airlangga, pertumbuhan itu telah mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh pada kuartal II/2021 sebesar 5,93 persen (yoy).
“Pertumbuhan di permintaan domestik ini juga direspons oleh aktivitas bisnis dengan peningkatan kapasitas produksi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto [PMTB] sebesar 7,54 persen [yoy]. Peningkatan permintaan global sebagai stimulus tambahan membuat ekspor tumbuh 31,78 persen [yoy] dan impor 31,22 persen [yoy],” jelas Airlangga.
Di sisi suplai, dia mengatakan seluruh sektor tumbuh positif karena peningkatan permintaan seperti pada sektor transportasi, serta akomodasi makanan dan minuman.
Pemulihan ini turut didukung juga oleh surplus neraca perdagangan selama 15 bulan berturut-turut. Terakhir, surplus neraca dagang pada Juli 2021 sebesar US$2,59 miliar. “Serta cadangan devisa juga relatif tinggi lebih dari US$137 miliar,” tambahnya.
Berbagai indikator pertumbuhan serta bantuan pemerintah dari sisi fiskal yang tercermin dari refocusing APBN dan penambahan anggaran PEN 2021, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2021 menjadi 3,7 persen-4,5 persen.
“Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah supaya kita bisa kembali ke pertumbuhan yang ekspansif di kuartal IV/2021, sementara pertumbuhan pada RAPBN 2022 ditargetkan di kisaran 5,0 persen sampai 5,5 persen,” jelasnya.
Sementara pada jangka panjang, Airlangga menuturkan pemerintah berkomitmen melalui implementasi UU Cipta Kerja. Salah satu implementasi UU Cipta Kerja adalah sistem pengurusan perizinan berbasis risiko (OSS-RBA) yang telah diluncurkan pada 9 Agustus 2021.
Selain itu, pemerintah telah membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI) untuk meningkatkan dan mengoptimalkan investasi yang dikelola dalam jangka panjang sehingga dapat mendukung pembangunan secara berkelanjutan.
Hal ini, kata Airlangga, diharapkan dapat mendorong Indonesia menjadi 5 besar negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2045.