Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Produk Organik Tinggi, Luas Lahan Tak Memadai

Tingginya permintaan produk organik di Indonesia ternyata belum diimbangi dengan lahan yang sudah tersertifikasi.
Petani melakukan penyemprotan pestisida organik pada tanaman padi di areal persawahan Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (7/9/2020). Perum Bulog Kanwil Sulawesi Tenggara mencatat telah menyerap sebanyak 17.600 ton beras petani dari target 20 ribu ton serapan beras di tahun 2020. ANTARA FOTO
Petani melakukan penyemprotan pestisida organik pada tanaman padi di areal persawahan Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (7/9/2020). Perum Bulog Kanwil Sulawesi Tenggara mencatat telah menyerap sebanyak 17.600 ton beras petani dari target 20 ribu ton serapan beras di tahun 2020. ANTARA FOTO

Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya permintaan produk organik di Tanah Air yang terjadi selama pandemi Covid-19 khususnya produk pertanian ternyata belum diimbangi oleh lahan yang memadai.

Sebagai informasi, berdasarkan catatan Aliansi Organis Indonesia (AOI), terjadi peningkatan permintaan produk organik di Indonesia hingga 300 persen pada 2013. Hal itu tak terlepas dari munculnya kesadaran pentingnya menjaga kesehatan lewat gaya hidup sehat guna meningkatkan daya tahan tubuh.

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) University Dwi Andreas Santosa mengatakan luas lahan organik Indonesia yang tersertifikasi baru mencapai 90.000 Ha, sementara yang belum tersertifikasi juga tak lebih dari dari 225.000 Ha.

“Potensinya tinggi, tetapi faktanya luas lahan dan market share masih sangat kecil. Pertanian organik Indonesia total [market share] hanya 0,2 persen. Bandingkan dengan negara lainnya China 0,3 persen, India 0,7 persen , dan negara-negara Eropa lebih dari 5 persen, seperti Jerman itu 6,5 persen,” katanya kepada Bisnis.com belum lama ini.

Menurut Dwi, hal tersebut tak terlepas dari rumitnya prosedur sertifikasi yang harus dijalani oleh para produsen atau petani produk organik. Baik sertifikasi dalam negeri yang mengacu pada SNI 6729:2013 maupun sertifikasi yang diwajibkan oleh negara-negara tujuan ekspor.

Imbasnya, tentu saja pada harga produk organik yang tidak bersahabat bagi seluruh kalangan masyarakat. Padahal, harga yang bersahabat menjadi kunci untuk memperluas pangsa pasar produk tersebut di dalam negeri.

“Regulasinya untuk produk pertanian organik ini kalau mengacu ke luar negeri persyaratannya rumit. Contoh, lahan tidak boleh dikelilingi oleh lahan non organik dan air tidak boleh melewati lahan non organik. Padahal jika dirasakan dan diperiksa produknya, dari lahan yang sudah tersertifikasi dan belum [tersertifikasi] tidak ada perbedaannya,” tegasnya.

Oleh karena itu, dia meminta agar sertifikasi produk organik untuk pasar dalam negeri bisa disederhanakan. Alih-alih menggenjot ekspor produk organik, pemerintah seharusnya menggencarkan promosi dan menggenjot konsumsi produk organik di dalam negeri.

“Menyasar ekspor atau [pasar] internasional itu boleh-boleh saja, tetapi masih jauh. Lebih baik fokus kembangkan pasar produk organik dalam negeri dahulu. Jangan terpaku pada aturan yang dibuat rumit, sederhanakan proses [sertifikasinya] agar petani dimudahkan dan masyarakat dapat penjaminan. Bukan modal percaya klaim produsen saja,” ujarnya.

Bicara mengenai ekspor, Ketua Yayasan Bina Swadaya Bayu Krisnamurthi menyebut pasar untuk produk organik Indonesia masih terbuka lebar. Sayangnya, potensi tersebut belum dimaksimalkan lantaran masih banyak produsen belum mengantongi sertifikat yang disyaratkan oleh negara tujuan utama ekspor produk organik.

“Pasarnya masih sangat besar,mencapai nilainya US$150 juta dan negara tujuannya banyak, terutama negara-negara maju yang sadar manfaat dan sudah mengedepankan produk organik. Walaupun saingannya banyak, tetapi Indonesia ini potensinya masih besar, terutama untuk produk-produk seperti kopi dan rempah,” ungkapnya kepada Bisnis baru-baru ini.

Mantan Wakil Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu itu mengatakan produk organik dari Indonesia yang diminati oleh pasar internasional adalah kopi, beras, kelapa, dan rempah-rempah. Adapun, untuk sayuran dan buah-buahan persentasenya terbilang kecil karena kurang dari 10 persen total ekspor produk organik Indonesia.

Adapun, untuk meningkatkan konsumsi produk organik di dalam negeri, menurut Bayu tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah. Pemerintah seharusnya tidak hanya membantu para produsen mendapatkan sertifikasi saja.

Lebih dari itu, pemerintah harus bisa memastikan produk organik yang notabene adalah produk kualitas premium bisa terserap oleh pasar. Karena akan sangat berat bagi para produsen apabila hanya mengandalkan penjualan secara konvensional lewat pasar swalayan atau toko khusus organik maupun platform daring.

“Contoh yang bisa ditiru adalah Taiwan. Pemerintahnya mewajibkan makanan untuk anak sekolah, makan siangnya itu dibuat pakai produk organik. Tentunya ini akan membantu penyerapan produk organik kan,” ungkapnya.

Sebagai upaya mendorong konsumsi produk organik, baik di dalam maupun luar negeri Bayu menyebut pihaknya akan membantu penyelenggaraan 4th Organic Asia Congress 2021. Kongres tersebut rencananya akan digelar di Jakarta pada November 2021 diiringi oleh beberapa kegiatan lainnya.

“Tidak hanya Organic Asia Congress, akan ada juga Organic Youth Forum, Organic Asia Congress, Algoa Indonesia Forum, dan Asia Organic Expo. Itu akan diikuti oleh 18 negara dan diselenggarakan secara hybrid, offline juga online. Diharapkan bisa mempromosikan lagi produk organik,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper