Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSA Akui Kelangkaan Kontainer Sulit Diprediksi

INSA menilai kelangkaan kontainer sulit diprediksi seperti pandemi Covid-19.
Kegiatan Bongkar muat kontainer di Pelabuhan Batu Ampar, Selasa (8/9/2020)./Bisnis-Bobi Bani.
Kegiatan Bongkar muat kontainer di Pelabuhan Batu Ampar, Selasa (8/9/2020)./Bisnis-Bobi Bani.

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesian National Shipowner’s Association (INSA) menilai penyelesaian persoalan kelangkaan kontainer atau container shortage sulit untuk diprediksikan sama seperti pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto menuturkan pada kuartal II/2021 ini kenaikan ongkos pengiriman laut atau ocean freight sudah mulai melandai tetapi masih berada pada level yang tinggi. Menurutnya, sepanjang masih banyak terjadi lockdown di pelabuhan - pelabuhan utama dunia yang menyebabkan kekacauan jadwal pelayaran kapal, maka kesulitan atas ruang kapal dan kontainer masih terus terjadi.

Namun, lanjut Carmelita, dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh para operator internasional (Main Line Operator/MLO) terkait dengan penyediaan kapal dan kontainer baru, pemenuhan pemerintaan akn terjadi secara gradual.

Dengan sejumlah proyeksi yang ada, dia menyebutkan pada akhir kuartal I/2022 level freight akan mulai kembali normal bukan saja dikarenakan suplai (tonnage dan container) yang mulai meningkat tapi juga yang paling mendasar adalah mulai berkurangnya dampak pandemi seiring dengan terus meningkatnya tingkat vaksinasi bukan hanya di Indonesia tetapi juga secara global.

“Kita sama menderitanya dengan negara-negara lain di dunia, terutama negara Asean yang mengalami kesulitan kontainer dan kenaikan freight kapal container yang mencapai rata-rata sebesar 300 persen. Kenaikan freight tersebut sangat berat bagi eksportir UMKM. Karena tidak berimbang dengan harga jual,” jelasnya, Selasa (24/8/2021).

Dia berpendapat kelangkaan kontainer memberatkan Indonesia, terutama bagi pelaku yang produk ekspornya menggunakan kontainer ukuran 40 kaki seperti furniture, handycraft, dan garmen. Di sisi lain produk impor atau berupa raw material menggunakan ukuran 20 kaki sehingga terjadi ketidakseimbangan utilisasi.

“Sampai kapan ini akan terjadi? Bila sudah terjadi keseimbangan demand and supply. Kapankah itu? Sulit memprediksi. Sama sulitnya dengan memprediksi berakhirnya pandemi Covid-19,” katanya.

Adapun, kelangkaan kontainer mulai secara gradual terjadi ketika China mulai terkena pandemi (awal 2020). Dibandingkan dengan sebelum pandemi banyak kontainer isi atau laden container yang bergerak masuk ke China. Namunm kemudian utilisasinya melambat dikarenakan volume ekspor dari China yang menurun akibat pandemi atau lockdown.

Akibatnya, jumlah kontainer terus menumpuk di China, dikarenakan tingkat permintaan impor kargo masih tetap tinggi. Kondisi ini, secara bertahap juga mulai berpengaruh terhadap suplai kontainer di negara-negara lainnya.

Kondisi ini menyebabkan banyak perusahaan pelayaran internasional mengurangi tonnage sebagi langkah antisipasi atas global pandemi ini. Pandemi global yang terus berlangsung juga adanya lockdown di beberapa Pelabuhan utama dunia menyebabkan banyaknya penundaan, blank sailings, serta vessel omit yang tentunya memperburuk situasi perdagangan dunia.

Sejak saat itu bukan hanya kelangkaan kontainer tapi juga mulai terjadi kelangkaan ruang kapalkapal. Ditambah lagi, kelangkaan space kapal (tonnage) ini juga turut mendorong meningkatnya biaya charter kapal dan freight terus bergerak naik.

“Hal ini masih terus terjadi, karena pandemi juga masih belum selesai. Walaupun sesuai dengan pertumbuhan arus barang, para MLO atau operator pelayaran internasional sudah mulai order pembelian kapal-kapal baru dan kontainer baru. Namun pengadaannya kan tidak bisa seketika. Galangan kapal di China [saat ini yang termurah], juga sibuk menerima antrian order. Begitu juga dengan kontainer manufaktur,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper