Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Porang Fluktuatif, Ini Alasan Petani Tetap Minat Tanam

Porang yang menjadi andalan ekspor, sehingga tidak menurunkan minat petani untuk tetap menanam kendati harganya fluktuatif.
Porang semakin menjadi tren setelah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepaskan ekspor komoditas tersebut ke China, Selasa (19/11/2019). /Kementan
Porang semakin menjadi tren setelah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepaskan ekspor komoditas tersebut ke China, Selasa (19/11/2019). /Kementan

Bisnis.com, JAKARTA - Porang menjadi salah satu komoditas pertanian yang digadang-gadang bisa menjadi andalan ekspor. Minat tanam komoditas ini cenderung meningkat meski harganya fluktuatif.

Kementerian Pertanian menyebutkan pengembangan porang dilakukan mengingat potensi nilai ekspor yang tinggi serta besarnya permintaan di luar negeri. Pada 2020, ekspor porang mencapai Rp923,6 miliar atau US$64,11 juta (kurs Rp14.400) dengan negara destinasi mencakup China, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Jepang.

“Kondisi harga porang di lapangan saat ini Rp6.000, tetapi sudah mulai naik lagi di angka Rp 6.500 per kilogram. Beberapa tahun lalu pernah harga mencapai Rp4.000, juga pernah Rp2.500 bahkan pernah rendah hingga Rp600 per kilogram, “ ujar petani porang asal Desa Klangon, Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur dalam siaran pers Kementerian Pertanian, Senin (23/8/2021).

Sudah menjadi petani porang sejak tahun 2010, Yoyok mengungkapkan bahwa saat ini banyak petani baru khususnya petani porang yang berharap keuntungan yang besar.

“Meskipun ada dinamika harga, tanaman porang dibandingkan dengan tanaman pangan lain maupun palawija memang masih lebih menguntungkan," terangnya.

Yoyok berharap harga porang ke depan stabil. Menurutnya, salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menjaga harga porang agar tetap stabil adalah menunda masa panen ke masa panen berikutnya sehingga keuntungan dan hasilnya akan menjadi lebih besar.

“Untuk menjaga harga kita tidak terburu-buru menjual bila harga belum cocok. Ini berbeda dengan tanaman lain, porang bisa ditunda panennya dan aman tidak rusak, malah nanti dipanen pada musim berikutnya umbinya semakin besar,“ jelasnya.

Selain itu menurut Yoyok, keuntungan dalam menanam porang adalah perawatannya yang terbilang cukup mudah serta minimnya serangan hama penyakit yang dapat merugikan petani.

Dia mengungkapkan harga porang yang cukup dinamis saat ini masih memberi keuntungan pada petani. Porang hasil produksi petani khususnya di Kabupaten Madiun tetap laku dan dibeli oleh pengepul.

“Saat ini porang masih memberikan keuntungan besar pada petani dikarenakan produktivitas porang tahun ini lebih besar dibanding tahun kemarin,“ ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa penurunan harga porang terjadi karena faktor permintaan dan pasokan. Dia memastikan pemerintah tetap mendorong budidaya tanaman porang karena hasilnya sangat menjanjikan untuk diekspor

“Satu hektarenya menjanjikan hasil yang sangat besar. Dan kita berharap harga porang bagus. Namun kita juga tidak boleh bergantung pada ekspor. Karena itu, produksi akhir harus dilakukan di Indonesia,” kata Syahrul.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper