Bisnis.com, JAKARTA - Target pemerintah untuk dapat memproduksi vaksin merah putih (VMP) pada 2022 mendatang diperkirakan menjadi salah satu katalis positif bagi pergerakan neraca dagang Indonesia ke depan. Kehadiran vaksin buatan dalam negeri tersebut diyakini bakan menekan impor dari sisi produk kesehatan.
"Tidak adanya impor vaksin dengan hadirnya Vaksin Merah Putih akan berpengaruh bagi perekonomian Tanah Air. Sebab, impor bisa ditekan sehingga efeknya positif terhadap neraca dagang RI ke depan," ujar ekonom Senior Indef Aviliani, Minggu (22/8/2021).
Ekonom senior itu berharap pemerintah ke depannya bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan lain dari dunia kesehatan sehingga ketika terjadi pandemi Indonesia tidak lagi terbebani biaya impor vaksin. Belajar dari kasus Covid-19, impor obat-obatan dan vaksin menunjukkan pengaruh cukup signifikan terhadap perekonomian nasional.
Pemerintah, sambungnya, harus melakukan riset dari jauh-jauh hari terkait dengan kemungkinan-kemungkinan semacam pandemi Covid-19 dan mengambil langkah cepat, baik untuk pengembangan vaksin ataupun obat-obatan.
"Jangan ketika sudah ada musibah baru dibikin pabriknya. Jadi, harus ada planning juga agar pengeluaran negara tidak terbebani dengan adanya keharusan mengimpor," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah produk nonmigas memperlihatkan kenaikan impor yang besar pada Juli, meskipun impor secara total mengalami penurunan pada bulan tersebut. Vaksin menjadi salah satu penyumbang kenaikan terbesar.
Baca Juga
BPS mencatat produk farmasi dalam kelompok kode HS 30 mengalami kenaikan terbesar, yakni bertambah US$185,5 juta secara month to month (m-t-m). Kenaikan terbesar berasal dari pemasukan vaksin.
Untuk impor nonmigas yang mengalami peningkatan adalah pada HS 30 yaitu produk farmasi, bertambah US$185,5 juta. Kalau dilihat lebih detail, peningkatan terbesar ini karena peningkatan impor vaksin sebesar US$150 juta.
Jika melihat dari negara asal, Margo menjelaskan bahwa China, Jepang, dan Spanyol menjadi pemasok utama. China menjadi kontributor terbesar, meski belum diperinci berapa nilainya.
Merujuk data BPS, impor produk farmasi kelompok kode HS 30 pada Juni 2021 mencapai US$278,74 juta. Artinya, nilai impor pada Juli mencapai nilai sekitar US$464,24 juta. Jadi, dari US$185,5 juta ini, senilai US$150 juta adalah impor vaksin.