Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya potensi tenaga surya di Indonesia belum diikuti oleh pemanfaatan yang optimal sebagai sumber energi pembangkit listrik. Padahal, biaya investasi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) saat ini relatif turun dan lebih murah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan bahwa pemanfaatan tenaga surya di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki.
Menurutnya, tenaga surya merupakan energi bersih yang paling potensial untuk dikembangkan di Indonesia dibandingkan dengan sumber energi baru terbarukan (EBT) lainnya. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber tenaga surya yang besar dan harganya yang kian kompetitif.
“Saat ini hanya 31 megawatt [yang dimanfaatkan]. Padahal ada potensi 32.000 megawatt,” katanya dalam peluncuran Program Gerilya yang berkolaborasi dengan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Jumat (13/8/2021).
Arifin menjelaskan, pemerintah sangat mendorong pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap yang besaran investasinya relatif rendah di tiap-tiap lokasi. Apalagi, PLTS atap juga dapat dikembangkan oleh rumah tangga.
Untuk menggairahkan pertumbuhannya, kata Arifin, pemerintah tengah menyempurnakan regulasi PLTS atap agar lebih menarik, sehingga pemanfaatannya bisa lebih cepat.
Baca Juga
Dengan meningkatnya penggunaan PLTS atap, maka nantinya juga diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan EBT yang saat ini baru mencapai 2,5 persen dari total potensi yang dimiliki di dalam negeri.
“[Pemanfaatan] baik di rumah tangga, bisnis industri, sosial maupun gedung-gedung pemerintah dan BUMN,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meluncurkan program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) untuk mendorong percepatan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya.
Melalui Gerilya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) beserta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak mahasiswa aktif jenjang S-1 dan vokasi eksakta untuk membantu mengoptimalkan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di masyarakat untuk mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebanyak 23 persen di 2025.