Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tengah membidik peluang penjualan listrik ke wilayah kerja minyak dan gas bumi di dalam negeri.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan Perusahaan Listrik Negara Bob Saril mengatakan pihaknya melihat peluang yang cukup besar untuk penjualan listrik ke wilayah kerja (WK) migas, khususnya untuk lokasi onshore karena sistem pasokan PLN yang cukup memadai.
Bob mengatakan penggunaan pasokan listrik dari PLN jika dibandingkan dengan menggunakan pembangkit sendiri yang dari dari BBM harga yang ditawarkan disebut lebih kompetitif.
“Kami akan melihat berdasarkan situasi dan kondisi yang ada. Berbagai skema bisa dilakukan, yang jelas proposisi kami memberikan harga yang lebih kompetitif sehingga wk migas dapat menghemat biaya produksi," katanya kepada Bisnis, Rabu (10/8/2021).
Pada 9 Agustus 2021, PLN resmi mulai mengalirkan listrik dan uap ke WK Rokan mulai 9 Agustus 2021 pukul 00.00 WIB. Hal ini sejalan dengan alih kelola Blok Rokan dari perusahaan migas asal Amerika Serikat, PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Guna menjamin pasokan listrik dan uap dalam operasional WK Rokan, PLN dan PHR telah menyepakati dan menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Uap (PJBTLU) pada 1 Februari 2021.
Baca Juga
Adapun, PLN telah mengakuisisi saham PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN), perusahaan pembangkit existing yang selama ini melistriki WK Rokan. Pembangkit itu adalah PLTG North Duri Cogen 300 megawatt (MW) dan didukung PLTG Minas dan Central Duri sebesar 130 MW.
Bob menjelaskan, selain Blok Rokan, pihaknya telah memasok listrik untuk kebutuhan di Tuban dan di Tanjung Kalimantan.
Menurut dia, kesulitan penetrasi penjualan listrik ke WK migas sejauh ini adalah karena faktor geografis dan keyakinan akan keandalan pasokan.
"Kami bahkan menyediakan layanan anti kedip. Kami menyediakan pasokan cadangan melalui suplai yang berbeda, dan tentu saja keandalan jaringan kita yang lebih baik," jelasnya.