Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADB, Prudential, Citi Dkk Ingin Percepat Penghentian Operasional PLTU di Asia

Sejumlah lembaha keuangan global seperti ADB, Citigroup, hingga Prudential berupaya mempercepat penghentian operasional PLTU batu bara di Asia.
Pekerja melintas di depan tempat penguapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya,  di Nagan Raya, Aceh, Senin (28/9/2020). PLTU Nagan Raya memproduksi sekitar 220 Megawatt yang didistribusikan ke sejumlah unit transmisi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di seluruh Aceh. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Pekerja melintas di depan tempat penguapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, di Nagan Raya, Aceh, Senin (28/9/2020). PLTU Nagan Raya memproduksi sekitar 220 Megawatt yang didistribusikan ke sejumlah unit transmisi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di seluruh Aceh. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah lembaga keuangan global, mulai dari Citigroup Inc., HSBC Holdings Plc, Asian Development Bank, Prudential Plc, hingga BlackRock Inc, disebut tengah menyusun rencana untuk membantu mempercepat penghentian operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Asia, termasuk Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi sumber emisi karbon.

Dilansir dari Bloomberg, Rabu (4/8/2021), proposal yang dipimpin oleh Asian Development Bank (ADB) dan Prudential itu berencana menciptakan skema pembelian PLTU di negara berkembang di Asia dan menghentikannya dalam waktu 15 tahun, lebih cepat dari jadwal saat ini. Rencana tersebut pertama kali dilaporkan oleh Reuters.

“Dunia tidak mungkin mencapai target iklim Paris kecuali kita mempercepat penghentian dan penggantian listrik berbahan bakar batu bara yang ada. Ini terutama di Asia di mana armada batu bara yang ada besar dan muda dan jika tidak [dihentikan], akan beroperasi selama beberapa dekade,” ujar Don Kanak, Chairman Prudential Insurance Growth Markets.

Dengan mengakuisisi dan menjalankan pembangkit listrik dengan biaya modal yang lebih rendah daripada yang saat ini tersedia untuk operator komersial, ADB dan mitra akan dapat menghasilkan keuntungan serupa dalam periode yang lebih singkat, memfasilitasi penutupan aset lebih awal, menurut laporan Reuters.

Wakil Presiden ADB untuk Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Ahmed M Saeed mengatakan, pendanaan untuk mekanisme transisi energi tersebut diharapkan datang dari lembaga publik dan swasta. Namun, hingga kini target belum ditetapkan.

Pemberi pinjaman saat ini sedang berdiskusi dengan pemerintah di Vietnam, Indonesia, dan Filipina mengenai proposal tersebut, kata Saeed, dan kemungkinan akan ada pilot akuisisi PLTU tahun depan. ADB berencana untuk mulai mengumpulkan dana pada konferensi iklim COP26 pada November mendatang.

Menurutnya, agar rencana itu berhasil, negara-negara perlu berkomitmen untuk tidak mengganti penggunaan batu bara yang dihilangkan dengan bahan bakar fosil lainnya. Jangka waktu untuk menutup aset PLTU akan memungkinkan perencanaan yang memadai dan membantu menghindari konsekuensi seperti daerah miskin yang tiba-tiba kehilangan akses ke pemanas.

Don Kanak menyebut proposal tersebut akan memungkinkan negara-negara berkembang untuk membuat kemajuan besar dalam mencapai target iklim dalam 10-15 tahun ke depan.

Sementara itu, pihak Citi dan BlackRock menolak berkomentar terkait hal ini. HSBC juga tidak segera menanggapi permintaan komentar Bloomberg melalui email.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper