Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memastikan 42,3 persen dari hak penarikan khusus (SDR) sebesar US$650 miliar akan mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk negara berpenghasilan rendah. Jumlahnya sekitar US$275 miliar.
Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva mengatakan alokasi umum dana cadangan itu akan berlaku efektif pada 23 Agustus 2021 setelah disetujui oleh dewan gubernur IMF.
"Ini terutama akan membantu negara-negara yang paling rentan, paling berjuang untuk mengatasi dampak krisis Covid-19," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8/2021).
Dia melanjutkan IMF juga mempertimbangkan opsi untuk penyaluran SDR secara suka rela dari ekonomi besar ke negara-negara rentan untuk mendukung pemulihan pandemi.
Salah satu opsi utama adalah bagi anggota yang memiliki posisi eksternal yang kuat untuk secara sukarela menyalurkan sebagian dari SDR mereka untuk meningkatkan pinjaman bagi negara-negara berpenghasilan rendah melalui Dana Pengurangan Kemiskinan dan Pertumbuhan (PRGT) IMF.
Dukungan konsesional melalui PRGT saat ini bebas bunga. IMF juga menjajaki opsi lain untuk membantu negara-negara miskin dan lebih rentan dalam upaya pemulihan. Proposal Resilience and Sustainability Trust dapat dipertimbangkan untuk memfasilitasi pertumbuhan yang lebih tangguh dan berkelanjutan dalam jangka menengah.
Baca Juga
Sementara itu, Lebih dari 200 kelompok termasuk Jubilee USA Network, sebuah organisasi nirlaba yang mengadvokasi penghapusan utang untuk negara-negara berkembang, telah meminta G20 untuk mendukung penciptaan SDR senilai US$3 triliun. Organisasi itu mengatakan bahwa dana tersebut diperlukan untuk membantu membebaskan sumber daya untuk perawatan kesehatan dan pengeluaran sosial.
"Negara-negara berkembang membutuhkan lebih banyak bantuan untuk mengatasi krisis," kata Eric LeCompte, Direktur Eksekutif Jubilee USA Network, dilansir Bloomberg.
Negara-negara kaya, lanjutnya, menerima sebagian besar cadangan darurat dan harus menyumbangkannya ke negara-negara berkembang.
Nadia Daar, Kepala Kantor Oxfam International di Washington DC, mengatakan setelah penerbitan SDR yang bersejarah ini disetujui, pemerintah harus bekerja secara transparan untuk memastikan sumber daya ini digunakan untuk menyelamatkan layanan kesehatan dan meningkatkan perlindungan sosial, serta memberikan pemulihan yang adil.
Dia melanjutkan, sementara negara-negara kaya telah menerapkan paket stimulus fiskal triliun dolar dan memvaksinasi 40 persen populasi mereka secara penuh, negara-negara berkembang masih jauh tertinggal.
Hanya satu persen orang di negara-negara berpenghasilan rendah yang telah divaksinasi, sementara langkah-langkah darurat untuk meredam dampak pandemi telah berakhir dengan sedikit sumber daya untuk menggantikannya.
Sistem kuota IMF mereproduksi kesenjangan sistem keuangan global yang menganga dengan lebih dari 60 persen SDR akan mengalir ke negara-negara kaya sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya akan mendapatkan 3 persen.
Belum jelas apakah negara-negara kaya akan mengalokasikan jatah SDR mereka, setidaknya US$100 miliar seperti yang disepakati G7, untuk memberikan dukungan bebas utang dan tanpa syarat kepada negara-negara yang lebih membutuhkan.
Daar mengatakan meski jumlahnya mencatatkan rekor, penerbitan SDR belum cukup dan harus dibarengi dengan langkah lain untuk memutus kesenjangan yang tumbuh dari hari ke hari.
"Namun, SDR tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dan tidak bisa menggantikan pembatalan utang mendesak untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara penerbitan SDR merupakan dorongan besar, itu tidak cukup," kaa Daar.