Bisnis.com, JAKARTA — PricewaterhouseCoopers (PwC) menyebut perusahaan pertambangan dengan peringkat lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and good governance/ESG) yang lebih tinggi mengungguli pasar pada skala yang lebih luas selama puncak krisis Covid-19.
Perusahaan-perusahaan tambang yang lebih ramah lingkungan tersebut memberikan rata-rata total imbal hasil bagi pemegang saham sebesar 34 persen selama 3 tahun terakhir atau sepuluh poin lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pasar umum.
Angka-angka tersebut berasal dari hasil studi PwC’s 18th Annual Review of the Top 40 Mining companies - Mine 2021 yang mengkaji tren global dalam industri pertambangan. Laba bersih di sektor ini naik 15 persen, cash on hand naik 40 persen, dan kapitalisasi pasar naik hampir dua pertiga menjadi US$1,46 triliun.
Ada tanda-tanda kelanjutan optimisme untuk 2021, seiring perkiraan yang menunjukkan bahwa 40 besar akan melaporkan rekor pendapatan dan tingkat EBITDA tertinggi dan rekor laba bersih tertinggi kedua. Bersamaan dengan itu, permintaan mineral yang masuk ke teknologi energi bersih diperkirakan akan meningkat enam kali lipat dalam dua puluh tahun ke depan.
Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa produksi batu bara 40 perusahaan besar turun 12 persen pada 2020. Transaksi turun dari lima pada 2018 menjadi nol pada 2019 dan 2020, menyoroti pergeseran sektor ini yang terus berlanjut menuju emisi nol karbon (zero carbon).
Paul Bendall, Global Leader, Mining & Metals PwC Australia mengatakan sektor pertambangan global telah menunjukkan ketangguhan dan kelincahan dalam mengadaptasi operasinya selama pandemi. Ditambah lagi, dorongan menuju kelestarian lingkungan telah menciptakan lanskap yang mudah berubah bagi perusahaan pertambangan, tetapi juga menghadirkan peluang untuk transformasi yang sejati.
Baca Juga
“Hasil kajian tahun lalu telah menunjukkan bahwa penempatan ESG pada inti dari sebuah strategi sangat penting untuk menghasilkan pertumbuhan. Di masa depan, jelas bahwa para investor di sektor ini akan terus semakin tertarik pada perusahaan yang secara aktif mengadopsi kebijakan ESG,” kata Paul, dikutip dari siaran pers, Selasa (3/8/2021).
Satu komponen penting dalam ESG adalah transparansi pajak. Meskipun transparansi pajak adalah cara mendasar bagi perusahaan untuk menunjukkan komitmennya terhadap isu-isu ESG, hanya 30 persen dari 40 perusahaan besar yang mengadopsi pelaporan transparansi pajak pada 2020.
Laporan tersebut lebih lanjut menemukan bahwa 39 persen CEO perusahaan pertambangan dan logam sangat prihatin dengan ketidakpastian dalam kebijakan pajak, lebih dari dua kali lipat angka tahun lalu (18 persen). Hal ini menimbulkan risiko jangka panjang bagi sektor tersebut.
Transparansi pajak, yang merupakan salah satu metrik utama ESG, memberi kesempatan kepada perusahaan pertambangan untuk menyoroti kontribusi keuangannya yang signifikan kepada masyarakat dan peningkatan yang dihasilkan dalam pendidikan, infrastruktur, dan kualitas hidup.