Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhiri 8 Bulan Ekspansif, PMI Manufaktur Juli Kembali Kontraksi

Gelombang kedua Covid-19 dengan keras dan cepat menghantam sektor manufaktur Indonesia pada Juli. Akibatnya, indeks output dan permintaan baru turun jauh ke wilayah kontraksi.
Pengembangan industri pengolahan susu oleh PT Frisian Flag Indonesia./dok. Frisian Flag
Pengembangan industri pengolahan susu oleh PT Frisian Flag Indonesia./dok. Frisian Flag

Bisnis.com, JAKARTA — IHS Markit melaporkan perolehan Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia periode Juli berada di posisi kontraksi 40,1. Hal itu setelah delapan bulan berturut-turut mencatatkan level ekspansif di atas poin 50 atau sejak Juni 2020 lalu.

Direktur Asosiasi Ekonomi IHS Markit Jingyi Pan mengatakan gelombang kedua Covid-19 dengan keras dan cepat menghantam sektor manufaktur Indonesia pada Juli. Akibatnya, indeks output dan permintaan baru turun jauh ke wilayah kontraksi.

“Selain gangguan permintaan dan output, kendala pasokan dan tekanan harga perusahaan manufaktur Indonesia juga semakin

parah. Ketidakpastian yang terus meningkat juga menyebabkan perusahaan melakukan PHK pada laju tercepat sejak Juni 2020. Namun, kabar baiknya kemungkinan ini akan berjalan sementara di tengah pembatasan PPKM Level 4," katanya dalam laporan IHS Markit, Senin (2/8/2021).

Pan menyebut secara keseluruhan perusahaan manufaktur tetap bertahan untuk kinerja 12 bulan ke depan meski gangguan Covid-19 semakin parah. Hal itu pun masih membawa harapan pemulihan dan kemungkinan perbaikan dari permintaan yang tertunda.

Adapun IHS mencatat output dan permintaan baru menurun pada laju tercepat sejak Mei 2020 sehingga mengakhiri rangkaian delapan bulan pertumbuhan.

Sejumlah perusahaan menyoroti peningkatan gangguan berasal dari gelombang kedua Covid-19 yang menghambat produksi dan permintaan. Permintaan ekspor juga terdampak dan turun untuk pertama kali dalam empat bulan ini.

Sementara itu di tengah ketidakpastian gelombang kedua Covid-9, perusahaan manufaktur Indonesia juga menurunkan tingkat ketenagakerjaan mereka pada Juli. PHK terjadi karena penerapan pembatasan PPKM Level 4, meski banyak yang berharap ini akan berlaku sementara.

Perusahaan manufaktur juga mengurangi aktivitas pembelian dan input stok mereka pada Juli karena permintaan dan produksi melambat. Stok pembelian menurun pada kisaran lebih cepat dibanding Juni karena perusahaan mengharapkan output lebih rendah, meski kekurangan bahan baku juga berkontribusi terhadap penurunan stok input.

"Tentu saja kendala pasokan masih terjadi pada Juli, dengan waktu pengiriman dari pemasok yang semakin memburuk sejak Mei 2020. Gangguan terkait Covid-19 dilaporkan memperparah situasi bahkan ketika permintaan melambat pada Juli. Akibatnya, paduan antara lambatnya permintaan dan waktu pemenuhan pesanan yang lebih lama membuat tingkat penumpukan pekerjaan hampir tidak berubah pada bulan ini," tulis IHS.

Dari segi harga, gangguan dari Covid-19 terus menyebabkan kenaikan biaya input dan output. Tingkat inflasi harga input merupakan yang tercepat sejak Februari 2014, menyebabkan perusahaan meneruskan sebagian beban biaya kepada klien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper