Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Perjalanan Giant Hadir di Indonesia Selama 19 Tahun

Penutupan gerai Giant sebelumnya sudah diperkirakan akibat imbas perubahan perilaku belanja dari masyarakat yang mulai beralih ke e-commerce.
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Perjalanan Giant yang cukup panjang dalam menemani masyarakat harus terhenti pada hari ini. Toko swalayan yang didirikan pertama kali pada tahun 2002 di Indonesia itu resmi menutup seluruh gerai secara permanen per hari ini, Minggu (1/8/2021). 

"Betul, sesuai dengan yang telah kami sampaikan sebelumnya, seluruh gerai Giant akan berhenti beroperasi pada akhir Juli 2021," kata Head of Corporate and Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk. Diky Risbianto, dikutip dari tempo.co, Minggu (1/8/2021).

Penutupan gerai Giant sebelumnya sudah diperkirakan akibat imbas perubahan perilaku belanja dari masyarakat yang mulai beralih ke e-commerce. Tak hanya itu, pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas masyarakat juga semakin menekan kinerja perusahaan.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan masyarakat mulai bosan dengan cara belanja yang sudah ada, misalnya dengan belanja di toko swalayan. Saat ini, masyarakat cenderung lebih gemar berbelanja pada tempat-tempat kecil.

Toko swalayan yang berada di bawah Hero Group ini pertama kali didirikan di Villa Melati Tangerang pada 2002. Awalnya Hero Group  bertujuan untuk melebarkan sayap dari Hero Supermarket dan mendirikan Giant sebagai segmen Hypermarket. Dengan berdirinya Giant Hypermarket sebagai tambahan di segmen retail, diharapkan dapat memperkuat saham dari Hero Group sendiri.

Berbeda dengan teman satu grupnya, yaitu Hero, Giant Hypermarket dibuka untuk mengakomodasi masyarakat untuk berbelanja dengan pelayanan yang baik serta harga yang hemat.

Pada 2013, Giant mengalami perubahan identitas. Jika awalnya terdapat Giant Hypermarket dan Giant Supermarket, kini diubah menjadi Giant Ekstra dan Giant Ekspres. Perubahan itu diikuti dengan perubahan konsep dari keduannya.

Giant Ekstra memberikan pilihan produk yang lengkap untuk kebutuhan bulanan dari konsumen dengan harga murah. Sebaliknya, Giant Ekspres dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan menyediakan pilihan produk untuk memenuhi kebutuhan mingguan konsumen, dengan harga yang murah.

Pada 2016, Hero Group terus mendorong anak perusahaannya untuk mengedepankan diferensiasi dari merek yang mereka punya untuk meraih peluang di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berkaitan dengan upaya perseroan yang melakukan divestasi pada bisnis convenience store Starmart.

Pada 28 Juni 2019 menjadi awal dari penutupan beberapa gerai Giant. Terdapat 6 gerai yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya ditutup pada hari itu. Enam gerai yang ditutup adalah Giant Express Mall Cinere Mall, Giant Express Mampang, Giant Express Pondok Timur Tambun, Giant Extra Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Extra Wisma Asri.

Sebelum ditutup, warga sekitar menyerbu gerai-gerai tersebut untuk memborong belanjaan. Hal ini dipicu dengan diadakannya diskon besar-besaran sebagai diskon tutup toko.

Penutupan 6 gerai Giant ini mengundang perhatian dari Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti. Menurutnya, salah satu alasan yang dapat membuat perusahaan ritel menutup tokonya adalah adanya persaingan yang ketat.

"Persaingan di bisnis ritel makanan yang semakin ketat," kata Tjahya, Kamis (27/6/2019).

Selain itu, Tjahya menambahkan gerai yang ditutup adalah gerai yang terus merugi. Penutupan tersebut harus dilakukan sebagai wujud efisiensi untuk mengurangi beban biaya operasional.

Patrik Lindvall selaku Presiden Direktur Hero Supermarket mengatakan perseroan terus beradaptasi terhadap dinamika pasar dan tren konsumen yang terus berubah mengikut perkembangan zaman.

"Termasuk menurunnya popularitas format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia, sebuah tren yang juga terlihat di pasar global,” kata Patrik melalui keterangan resmi, Selasa (25/5/2021).

Selain itu, menurut Patrik, sektor yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi adalah sektor peralatan rumah tangga, kesehatan dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk masyarakat kelas atas. Hal ini menjadi alasan Hero Group untuk berencana menaruh perhatian lebih pada sektor tersebut, dengan menambah gerai IKEA dan Guardian.

“Dalam kurun dua tahun, kami menargetkan akan menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA kami dibandingkan dengan 2020, serta membuka hingga 100 gerai Guardian baru hingga akhir 2022,” ucap Patrik.

Hero Group akan mengubah setidaknya 5 gerai Giant untuk menjadi IKEA, sehingga menambah aksesibilitas konsumen. Selain IKEA, perseroan juga mempertimbangkan rencana untuk mengubah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper