Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada 2021 akan mencapai kisaran -1,4 persen hingga -0,6 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang juga sekaligus sebagai Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menyampaikan, CAD hingga akhir tahun masih akan mencapai level yang rendah dikarenakan belum pulihnya kinerja impor.
“CAD rendah karena ekspor bagus, sementara impor belum meningkat karena permintaan domestik belum kuat,” katanya dalam acara Diskusi Publik yang diadakan secara virtual, Jumat (30/7/2021).
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia pada semester I/2021 mengalami surplus sebesar US$11,86 miliar, jauh lebih tinggi dari capaian pada semester I/2020 sebesar US$5,42 miliar.
Peningkatan surplus disebabkan oleh pertumbuhan kinerja ekspor yang lebih tinggi dari impor. Nilai ekspor pada semester I/2021 tercatat mencapai US$102,87 miliar, sementara impor mencapai US$91,01 miliar.
Perry menyampaikan, yang harus menjadi perhatian saat ini adalah penyaluran kredit atau pembiayaan ke sektor riil. Pasalnya, likuiditas di perbankan melimpah karena BI melakukan quantitative easing dalam jumlah yang besar. Suku bunga acuan pun tetap berada pada level yang rendah 3,5 persen.
Baca Juga
“Tahun lalu [pertumbuhan kredit] -2,4 persen, tahun ini bisa didorong pada kisaran 4 hingga 6 persen, memang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 6 hingga 8 persen,” katanya.
Pada tahun ini, BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 3,5 hingga 4,3 persen dengan titik tengah 3,9 persen. Perkiraan ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,1 hingga 5,1 persen dengan titik tengah 4,6 persen.