Bisnis.com, JAKARTA - PT Aerofood Indonesia mengeklaim kinerja hingga lebih dari paruh pertama tahun ini cenderung lebih melandai dibandingkan dengan pada tahun lalu terutama dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Direktur Utama Aerofood Indonesia Sis Handaya Aziz menjelaskan dengan kondisi pandemi dan pembatasan pergerakan masyarakat yang masih berlangsung. Kemudian juga sektor penerbangan dan tingkat keterisian pesawat udara masih sangat terbatas tentunya masih mempengaruhi kinerja inflight catering yang menjadi kegiatan utama bisnis yang diselenggarakan Aerofood ACS.
“Diberlakukannya PPKM oleh pemerintah pada periode terakhir ini semakin menurunkan tingkat keterisian pesawat yang beroperasi, sehingga berdampak kinerja operasional dan keuangan Aerofood ACS masih dalam kondisi lebih sulit dibandingkan dengan periode pandemi pada 2020,” ujarnya, Kamis (29/7/2021).
Menurutnya dengan tingginya ketidakpastian dan kompleksitas dari pandemi yang masih berlangsung, Direksi dan Manajemen juga telah melakukan beberapa inisiatif efisiensi untuk menurunkan beban usaha, baik pada aspek beban pegawai, material, maupun beban operasional lainnya.
Penyesuaian dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan antara pendapatan dan beban / biaya usaha sehingga perusahaan dapat tetap melangsungkan kegiatannya dalam memenuhi kontrak kerja dengan pelanggan.
“Menyikapi hal tersebut Aerofood ACS berupaya untuk memaksimalkan pendapatan dari sektor non penerbangan yaitu industrial catering [tambang, minyak dan gas, manufaktur, dan rumah sakit] serta katering lainnya melalui keikutsertaannya dalam tender-tender jasa katering yang diselenggarakan oleh pemberi kerja,” imbuhnya.
Selain hal-hal di atas, perseroan juga menjual produk pada sektor retail termasuk dengan memanfaatkan sosial media dalam pelaksanaannya.
Baca Juga
Secara umum, paparnya, sebagian besar kontrak kerja atau kerja sama dengan maskapai penerbangan sebagai pelanggan Aerofood ACS masih berlangsung, baik untuk maskapai penerbangan nasional maupun maskapai penerbangan asing. Namun, tekannya, tingkat realisasinya sangat rendah, imbas dari kebijakan pembatasan yang berlaku.
Alhasil, jumlah penerbangan yang beroperasi sangat terbatas dan tingkat keterisian penumpangnya juga sangat rendah hampir di bawah 50 persen dari kapasitas yang tersedia.
“Garuda Indonesia sebagai pelanggan utama dan induk perusahaan seperti kita ketahui sangat mengurangi pengoperasian jumlah pesawat untuk dapat terus melangsungkan kegiatan penyedia transportasi udara, sementara maskapai penerbangan asing yang masih memiliki kontrak/kerja sama dengan Aerofood ACS sebagian besar menunda penerbangannya ke dan dari Indonesia karena beberapa alasan dan pembatasan yang berlaku global,” jelasnya.