Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) menawarkan kerja sama perawatan pesawat dengan perusahaan lessor ataupun maskapai melalui kerja sama tiga pihak atau tripartite agreement dalam meningkatkan kas masuk di tengah kondisi operator yang mengalami kesulitan pendanaan.
Direktur Utama GMF I Wayan Susena mengatakan lewat skema tersebut, perseroan hingga Juni 2021 telah mencatatkan pertumbuhan pendapatan lebih dari 200 persen dibandingkan dengan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya untuk pekerjaan redelivery oleh lessor.
"Sebagai gambaran, dalam kerja sama tiga pihak ini terdapat komponen maintenance reserves yang juga dibayarkan dalam setiap cicilan rutin oleh operator maskapai kepada lessor. Dana ini nantinya dapat digunakan lessor untuk saat hendak redelivery pesawat," ujarnya, Kamis (29/7/2021).
Terkait dengan hal ini, pihak lessor pun memiliki wewenang langsung kepada MRO untuk membayar pesawatnya agar bisa segera dilakukan redelivery.
Dalam kondisi saat ini, jelasnya, memang banyak pesawat yang ditarik oleh lessor baik karena memang sudah habis masa kontraknya maupun yang dikembalikan karena upaya restrukturisasi maskapai yang terdampak pandemi.
Adanya kerja sama tiga pihak ini, para lessor bisa mendanai biaya redelivery langsung ke GMFI agar pesawatnya bisa dikembalikan segera. Dengan demikian, GMFI juga bisa langsung mendapatkan kas masuk dari perusahaan lessor.
Baca Juga
Anak usaha Garuda tersebut pun berharap pada semester II/2021 pendapatan lessor juga semakin membaik bagi yang secara langsung maupun melalui skema kerja sama tiga pihak antara lessor, airlines dan GMF sebagai MRO pesawat.
Meski demikian, GMF tidak memungkiri bahwa sektor perawatan pesawat komersil masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Perseroan. Hal ini tercermin dalam Laporan Keuangan yang diaudit untuk tahun buku 2020.
Dalam laporannya, GMFI berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$258,3 Juta. Pendapatan tersebut mayoritas dikontribusikan oleh sub-usaha reparasi dan overhaul sebesar US$175,1 juta. Kemudian disusul oleh sub-usaha perawatan sebesar US$52,6 juta dan pendapatan dari sub-usaha operasi lainnya sebesar US$26 juta.
Di samping menggenjot pendapatan usaha, perseroan juga melakukan berbagai inisiatif efisiensi untuk menurunkan beban usaha, baik pada aspek beban pegawai, material, subkontrak maupun beban operasional lainnya. Inisiatif efisiensi ini berhasil menekan beban-beban tersebut secara total hingga 25 persen dibandingkan dengan pada tahun sebelumnya.
Di tengah kompleksitas dan ketidakpastian yang masih cukup tinggi, GMF tengah fokus menjaga arus kas dan likuiditas. Langkah ini diwujudkan melalui pengelolaan piutang dan cash, penundaan belanja modal (capex) pada proyek non-prioritas, efisiensi biaya operasional dan penyesuaian beban usaha, renegosiasi kontrak vendor, serta restrukturisasi hutang dengan kreditur-kreditur atas pinjaman yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.