Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan ritel di Inggris Raya melonjak secara tak terduga pada bulan Juni 2021 karena konsumen bersiap untuk mengakhiri sebagian besar aturan pembatasan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Dilansir dari Bloomberg, Kantor Statistik Nasional Inggris melaporkan volume barang yang dijual di toko dan online naik 0,5 persen dari bulan sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi pada ekonomi yang memperkirakan penuruann 0,1 persen.
Data penjualan ritel tersebut mengikuti lonjakan sebelumnya pada bulan April ketika sebagian besar toko diizinkan untuk dibuka kembali sepenuhnya untuk pertama kalinya sejak Januari.
Data penjualan ritel ini memicu perdebatan mengenai kekuatan pemulihan Inggris dari pembatasan yang telah berlaku selama 17 bulan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Pengeluaran konsumen yang terpendam telah mendorong kenaikan harga di seluruh perekonomian, sehingga mengangkat inflasi di atas target Bank of England untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun dalam dua bulan terakhir.
Bank Sentral Inggris yang dipimpin oleh Gubernur Andrew Bailey sedang mempertimbangkan apakah akan mengurangi stimulus mereka pada bulan depan.
Sementara itu, Perdana Menteri Boris Johnson mencapbut sebagian besar aturan yang tersisa mengenai jarak sosial minggu ini meskipun lonjakan kasus Covid-19 baru menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah pengetatan lebih lanjut akan diperlukan dalam beberapa minggu ke depan.
Baca Juga
Penjualan di toko makanan bangkit kembali di bulan Juni, memberikan kontribusi terbesar untuk kenaikan setelah penurunan tajam di bulan Mei ketika konsumen mengalihkan pengeluaran ke restoran yang baru dibuka kembali. Peningkatan tersebut diperkirakan terkait dengan pengeluaran saat pertandingan Euro 2020.
Sebuah survei terpisah oleh GfK menunjukkan kepercayaan konsumen naik di atas level Maret 2020 ketika pandemi melanda Inggris. Angka ini menunjukkan lompatan besar dalam sub-ukuran dengan pembeli setuju bahwa sekarang adalah “waktu yang tepat untuk membeli.”