Bisnis.com, JAKARTA—Sebagai salah satu blok migas tertua di Indonesia, Blok Rokan dinilai masih menyimpan banyak potensi yang dapat digali, sehingga harapan untuk meningkatkan produksi masih terbuka.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan bahwa Blok Rokan masih memiliki potensi yang menarik, karena menyimpan potensi cadangan dalam bentuk nonkonvensional.
Menurut Fatar, strategi dalam pengelolaan Blok Rokan setelah masa transisi untuk jangka pendek pada 2021 adalah mempertahankan produksi dan transisi yang sukses ke Pertamina.
Setelah itu, pada periode 2022—2025 akan dilakukan peningkatan produksi dengan investasi yang signifikan termasuk telah berproduksinya chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) di Minas.
Dalam strategi jangka panjang yang dimulai pada 2026, produksi di Blok Rokan akan ditargetkan dalam jumlah tinggi, sesuai dengan long term plan Pertamina Hulu Rokan.
“Untuk menjaga agar produksi blok Rokan tetap tinggi dan bisa dijaga secara optimal, telah ditandatangani Head of Agreement antara SKK Migas dan CPI pada 28 September 2020,” kata Fatar dalam webinar, Kamis (22/7/2021).
Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A. Suardin mengatakan bahwa Blok Rokan berbeda dengan blok lainnya, karena menyumbang 24 persen produksi minyak nasional, serta terdapat 104 lapangan yang tersebar dari utara sampai dengan ke selatan.
Dia menuturkan, Pertamina berkomitmen untuk menggali seluruh potensi yang ada secara masif, agresif, dan efisien. Selain itu, perusahaan tidak hanya akan menyiapkan sumur yang akan dibor pada 2021, tetapi juga pada 2022.
“Bukan mengejar jumlah sumur. Maunya jumlah sumur paling sedikit, tapi produksi paling besar. Di blok ini memang dibutuhkan sumur yang banyak,” jelasnya.