Bisnis.com, JAKARTA – Sebagai imbas dari penerapan PPKM darurat di Pulau Jawa dan pengetatan PPKM Mikro di 43 kabupaten/kota di luar Jawa, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terdampak sehingga tidak sesuai dengan target yang sebelumnya ditetapkan.
Maka itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan eskpor atau manufaktur merupakan aktivitas ekonomi yang akan paling dijaga selama pembatasan kegiatan dan mobilitas masyarakat hingga 20 Juli mendatang.
Dia mengatakan momentum eskpor dan geliat manufaktur harus terus dijaga karena kondisi yang tetap ekspansif, terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada di level 53,5 pada Juni 2021. Meskipun, angka tersebut terkontraksi dari bulan sebelumnya yaitu 55,3 pada Mei 2021.
“Sehingga, dengan demikian eskpor perlu kita jaga dengan momentum harga komoditas. Kementerian Perindustrian sudah didorong untuk menjaga IOMKI (izin operasional dan mobilitas kegiatan industri) untuk sektor esensial,” jelas Airlangga dalam konferensi pers, Rabu (7/7/2021).
Oleh karena itu, Airlangga menyatakan optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2021 masih bisa mencapai 7 persen. Sehingga, secara agregat pertumbuhan tersebut bisa mendorong angka pertumbuhan di semester I/2021 di sekitar 3,3 persen.
Lalu, hingga akhir tahun, Menteri yang juga merupakan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) itu memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 3,7 hingga 4,5 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dari sebelumnya yaitu di kisaran 4,3 hingga 5,3 persen.
Baca Juga
Meski begitu, Airlangga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan membaik jika penanganan Covid-19 dan penyebarannya bisa terkendali. Meskipun sudah direvisi, pertumbuhan ekonomi di 2021 akan tergantung pada sejauh mana laju penyebaran varian Delta di Indonesia bisa ditangani dengan baik.
“Kita melihat bahwa ekonomi ini akan baik kalau penanganan Covid-19 dan penyebarannya bisa terkendali,” katanya.