Bisnis.com, JAKARTA—Infrastruktur ketenagalistrikan memegang peranan penting dalam memastikan terjaganya pasokan energi di seluruh Indonesia. Pemerataan infrastruktur ketenagalistrikan juga diyakini dapat memastikan seluruh wilayah di Nusantara dapat menikmati energi.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan bahwa minimnya pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan menyebabkan banyak daerah di Indonesia mengalami krisis energi.
Dia menuturkan, kualitas dan kuantitas infrastruktur ketenagalistrikan saat ini belum merata di seluruh Indonesia. Data Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN sendiri mencatat pertumbuhan konsumsi listrik di luar Pulau Jawa meningkat jadi 11 persen, sedangkan pertumbuhan infrastruktur ketenagalistrikan kurang dari 6 persen.
“Kita bisa melihat ketidakseimbangan antara konsumsi dan infrastruktur ini, jadi membuat Indonesia mengalami krisis energi,” katanya dalam webinar Nusantara Super Grid: Indonesia's Energy Potential Outlook, Rabu (7/7/2021).
Menurutnya, pemanfaatan potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) lokal dapat didorong sebagai solusi jangka pendek untuk mempercepat kapasitas listrik di daerah yang membutuhkan.
Meski begitu, Hammam juga mengakui bahwa tidak semua pembangkit listrik EBT menghasilkan listrik yang andal, sehingga memerlukan media penyimpanan energi (energy storage).
Selain itu, krisis energi di daerah juga dapat diatasi dengan interkoneksi antarwilayah. Interkoneksi akan membuat daerah yang memiliki kelebihan energi bisa berbagi dengan daerah yang kekurangan energi.
Semakin banyak daerah yang saling berbagi energi, maka listrik yang digunakan akan semakin andal dan kebutuhan energy storage semakin kecil.
“Oleh karenanya, ini menjadi salah satu tantangan untuk kita implementasikan interkoneksi grid dalam skala nasional, sehingga Nusantara super grid memungkinkan peningkatan bauran EBT yang tajam tanpa merusak dan mengurangi keandalan sistem dan jaringan kelistrikan,” ucapnya.