Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Mamin Minta Kenaikan Listrik Ditunda

Diminta agar tidak naik dahulu, kita ini sedang krisis kesehatan ditambah krisis ekonomi dan logistik sedang sulit.
Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi)./Antara
Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Industri makanan dan minuman memohon agar pemerintah mengkaji rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 20 persen per hari ini.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia mencatat bila PLN berencana untuk menaikkan tarif 20 persen maka, biaya produksi untuk industri mamin akan naik sekitar 0,6 persen.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Adhi S. Lukman mengatakan selama ini, biaya listrik bagi Industri di Indonesia terutama bagi industri makanan dan minuman berkontribusi sekitar tiga persen dari harga pokok produksi.

"Jadi sudah saya minta agar tidak naik dahulu, kita ini sedang krisis kesehatan ditambah krisis ekonomi dan logistik sedang sulit. Pengusaha bahkan sudah memilih untuk menekan margin di tengah ongkos bahan baku dan produksi yang naik," katanya kepada Bisnis, Kamis (1/7/2021).

Adhi menyebut secara makro, kenaikan TDL akan berpengaruh pada PDB, konsumsi rumah tangga, dan inflasi. Hal tersebut dikarenakan konsumsi rumah tangga merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional.

Sementara secara sektor, kenaikan TDL diestimasikan akan berdampak negatif terhadap output industri, dan daya saing produk yang dihasilkan di dalam negeri sekaligus membebani konsumen.

“Kenaikan biaya produksi ini mau tidak tidak mau akan berpengaruh pada harga produk yang akan meningkat, di mana produk mamin sangat sensitive terhadap harga. Pada akhirnya biaya ini akan menjadi beban dari masyarakat umum, yang saat ini masih terkena imbas dari pandemi yang daya beli dan kemampuan ekonomi masih belum baik," ujar Adhi.

Dia menambahkan kenaikan TDL juga akan berpengaruh terhadap rantai pasok keseluruhan, sehingga pemasok juga akan mengalami biaya produksi seperti industri kemasan, plastik, kaleng, gelas, dan lainnya yang mana industri-industri tersebut lebih banyak mengkonsumsi listrik PLN.

Ada baiknya, lanjut Adhi, dilakukan upaya bersama oleh industri pemerintah dan lembaga terkait untuk mencari solusi yang lebih tepat untuk mengatasi situasi dan kondisi yang tidak kondusif saat ini.

Pasalnya, Adhi mengemukakan berdasarkan studi ilmiah akan lebih bermanfaat terhadap ekonomi nasional apabila pemerintah dapat meningkatkan efisiensi produksi pada sektor kelistrikan.

"Bahkan, apabila sektor tersebut dapat meningkatkan efisiensi sebesar 10 persen, maka dapat berkontribusi terhadap peningkatan PDB sebesar 0,34-0,57 persen. Selain itu, efisiensi 10 persen dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa positif terhadap indikator perekonomian lainnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper