Bisnis.com, JAKARTA — Rencana pemerintah untuk memberlakukan PPKM Mikro Darurat di Jawa-Bali diyakini tidak akan langsung berpengaruh terhadap penjualan bisnis restoran lewat layanan pesan antar. Pelaku usaha juga tidak menyiapkan antisipasi khusus selain mengoptimalkan kanal penjualan secara daring.
“Pesan antar tetap belum bisa menutup pendapatan yang kami peroleh lewat dine-in. Memang bisa naik dibandingkan sebelumnya, potensi penjualan yang hilang dari dine-in tetap belum bisa mengimbangi,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Eddy Sutanto, Rabu (30/6/2021).
Dalam usulan perubahan untuk PPKM mikro darurat, kegiatan makan/minum di tempat umum seperti restoran dan kafe hanya diperkenankan beroperasi maksimal pukul 17.00 waktu setempat. Jumlah pengunjung juga dibatasi maksimal 25 persen dari total kapasitas. Meski demikian, restoran yang hanya melayani pesan antar atau dapat dibawa pulang diperkenankan beroperasi selama 24 jam.
Jam operasional dan kapasitas yang dibatasi ini secara otomatis mengurangi potensi konsumen untuk makan malam. Eddy mengatakan sumbangsih kenaikan penjualan untuk makan malam dapat mencapai 20 persen.
“Memang sulit bagi kami untuk bertahan dengan kapasitas 25 persen. Normalnya minimal keterisian 75 persen. Namun tidak ada pilihan, kami akan ikuti karena pandemi yang memburuk bisa mengganggu bisnis dalam jangka panjang,” tuturnya.
Sekretaris Perusahaan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) Kurniadi Sulistyomo juga menyebutkan hal serupa. Dia mengatakan pelaku usaha tidak memiliki banyak opsi strategi selain mengikuti kebijakan pemerintah. Dia hanya mengharapkan ada sosialisasi menyeluruh sehingga pengelola bisa mempersiapkan diri.
“Mungkin untuk aspirasi kami berharap layanan delivery tidak dibatasi sampai pukul 20.00, melainkan sesuai operasional normal gerai. Untuk dine-in kami tidak ada masalah dan siap mengikuti bukan hanya di zona merah, tetapi juga zona oranye,” kata Kurniadi.
Selain itu, Kurniadi juga memperkirakan penjualan lewat jasa pemesanan daring tidak akan secara instan ikut terkerek dengan PPKM Mikro Darurat. Dia mengatakan penjualan lewat layanan pesan antar sempat mencapai puncaknya pada Ramadan-Idulfitri, tetapi tren dalam sebulan terakhir cenderung turun.
“Untuk penjualan lewat pesan antar trennya menurun. Puncaknya saat Lebaran dan hal tersebut tidak hanya brand kami yang merasakan, namun juga teman-teman lainnya,” imbuhnya.
Dia memperkirakan penurunan penjualan usai Lebaran banyak dipengaruhi oleh keyakinan konsumen dalam menghadapi perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air dan juga efek dari kebijakan PPKM mikro di beberapa daerah yang cukup ketat.
Terlepas dari rencana pengetatan mobilitas di Jawa dan Bali, perusahaan pengelola jaringan restoran Pizza Hut tersebut tercatat masih melakukan ekspansi gerai. Sepanjang semester I, Kurniadi mengatakan PZZA telah menambah 18 gerai baru.
“Sebanyak 40 persen di Jawa dan 60 persen di luar Jawa. Kami melihat untuk bisnis di sektor pangan permintaan masih bagus,” kata dia.
Mengutip data yang dirilis Momentum Works, perusahaan konsultan yang berbasis di Singapura, pasar layanan antar makanan di Indonesia setidaknya bernilai US$3,7 miliar pada 2020 dan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan konsumsi dari layanan makanan di Indonesia juga tumbuh 7,4 kali lipat dalam 20 tahun terakhir dengan nilai mencapai US$61 miliar pada 2019.