Bisnis.com, JAKARTA - Pelonjakan kasus Covid-19 yang diiringi meningkatnya jumlah pasien memberi dampak tersendiri bagi rumah sakit. Emiten rumah sakit yang tercatat berhasil meraup laba hingga kuartal I/2021 pun kemungkinan besar kembali moncer.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Ichsan Hanafi memperkirakan bisnis rumah sakit tetap dalam kondisi untung setidaknya hingga kuartal III/2021. Menurutnya, sebagian besar revenue rumah sakit masih dan akan dikontribusi dari jumlah pasien Covid-19.
Meningkatnya jumlah pasien, kata Ichsan, tidak dipungkiri akan membuat sektor rumah sakit terus meraup pemasukan pada kuartal III/2021 ketika pandemi Covid-19 masih berlangsung. Bahkan, rumah sakit kewalahan seiring kondisi yang sedang terjadi.
Menurutnya, rumah sakit saat ini masih menghadapi beberapa situasi sulit seiring dengan penambahan jumlah pasien Covid-19. Adapun, sejumlah masalah yang dihadapi di antaranya adalah naiknya harga beberapa kebutuhan utama seperti obat-obatan dan oksigen.
"Harga obat antivirus saat ini mengalami kenaikan senilai 20 - 30 persen dalam beberapa waktu belakangan. Sementara itu, harga oksigen tabung sejak beberapa bulan terakhir juga mengalami kenaikan dengan kisaran 10 - 20 persen," ujar Ichsan ketika dihubungi Bisnis, pada akhir pekan.
Kendati demikian, arus kas emiten rumah sakit dinilai tidak akan mengalami disrupsi sepanjang kuartal III/2021. Terutama jika ketersediaan oksigen bisa diamankan. Terkait hal tersebut, dia cukup optimistis setelah pemerintah menjamin persediaan oksigen medis di Tanah Air.
Baru-baru ini, Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) menyebut penyedia masih memiliki stok 2.000 tabung gas oksigen untuk kebutuhan medis. Hal itu disiapkan guna mengantisipasi lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air.
Selain itu, dia berharap pemerintah segera memenuhi realisasi klaim yang diajukan rumah sakit terkait pelayanan pasien Covid-19 dengan nilai sekitar Rp22 triliun. Hal itu diperlukan demi memberikan jaminan lebih pada keterjagaan arus kas.
Menyoal situasi Covid-19 yang belum dapat diprediksi, Ichsan menyebutkan rumah sakit akan terus mengeluarkan biaya pengalokasian tempat tidur untuk perawatan isolasi pasien, perbekalan untuk sumber daya manusia (SDM), serta menyiapkan peralatan kesehatan yang diperlukan.
Kuartal IV/2021
Namun, prospek bisnis rumah sakit diprediksi tidak akan berlanjut ke kuartal IV/2021 jika mengacu kepada asumsi pemerintah bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air terjadi pada Juli 2021. Jumlah pasien berpotensi menurun pada periode tersebut.
Kendati mengharapkan penurunan kasus Covid-19 bisa sesuai dengan asumsi tersebut, rumah sakit memiliki kekhawatiran dengan kecenderungan pasien non-Covid menghindari rumah sakit. Kondisi itu kemungkinan masih akan bertahan pada kuartal akhir tahun ini.
"Tentunya ini berpotensi mengurangi revenue rumah sakit. Penurunan tersebut diperkirakan terjadi berdasarkan asumsi kasus Covid-19 menurun sehingga klaim yang diajukan rumah sakit swasta juga berkurang. Memang dilema," ujarnya.
Menurut keterbukaan informasi, sejumlah emiten rumah sakit berhasil mencatatkan laba pada kuartal I/2021. Di antaranya, PT Mitra Keluarga Karya Sehat Tbk. (MIKA) yang membukukan laba senilai Rp377,84 miliar, PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) senilai Rp143,89 miliar.
PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) juga berhasil membukukan laba senilai Rp283,25 miliar pada kuartal pertama tahun ini.