Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Covid-19 Tak Kunjung Membaik, Aksi 'Kanibal' Operator Bus Menghantui

Saat ini, pengusaha masih berstrategi mempertahankan trayek yang ada dengan efisiensi selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Direktur Utama PT SAN Putra Sejahtera Kurnia Lesani Adnan berbincang dengan General Manager Sales United Tractors Suhardi di dalam bus Scania K410IB-6x2 tersebut dilengkapi teknologi Intelligent Air Purification and Disinfection System 2.0, Rabu (23/12/2020).
Direktur Utama PT SAN Putra Sejahtera Kurnia Lesani Adnan berbincang dengan General Manager Sales United Tractors Suhardi di dalam bus Scania K410IB-6x2 tersebut dilengkapi teknologi Intelligent Air Purification and Disinfection System 2.0, Rabu (23/12/2020).

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi kanibal diantara sesama operator bus tidak bisa dihindari apabila kondisi pandemi Covid-19 tak kunjung membaik dan nihilnya insentif dari pemerintah.

Pemilik PO Sumber Alam Anthony Steven Hambali mengatakan saat ini pengusaha masih berstrategi mempertahankan trayek yang ada dengan efisiensi selama pandemi Covid-19 berlangsung. Dari trayek yang ada tersebut, lanjutnya, dikelola seefisien mungkin supaya okupansinya mencukupi dan tidak merugi.

Selain itu, lanjutnya, antisipasi lainnya adalah dengan menjaga prosedur kesehatan (prokes) supaya masyarakat tetap bisa menjalankan aktivitasnya dengan merasa aman. Kendati demikian, kata dia, ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19 dan belum munculnya dukungan insentif dari pemerintah membuat pengusaha bus was-was dengan persaingan yang semakin ketat.

“Apabila kondisi belum membaik, tentu akan ada ‘kanibal’. Artinya bus satu akan dikorbankan sebagai spare part. Kondisinya akan seperti krismon 98.

Senada, Direktur Utama PO SAN Kurnia Lesani Adnan mengatakan persaingan diantara para operator bus juga sudah semakin ketat lantaran ingin meningkatkan jumlah penumpang.

"Terus terang kami saat ini antar operator semangkin keras persaingan di lapangan, bahkan sudah saling cakar. Operasi di lapangan juga sudah sering bentrok sehubungan berebut penumpang. Nah hal ini kalau dibiarkan akan timbul masalah sosial lainnya," katanya.

Dia pun mengeluhkan bakal menghadapi kondisi yang semakin sulit pada semester II/2021 dari pembiayaan non bank.

Direktur Utama PO SAN Kurnia Lesani Adnan mengatakan saat ini sudah diminta oleh lembaga pembiayaan untuk segera membayar bunga yang tertunda. Lembaga pembiayaan, lanjutnya, juga tidak bisa lagi memberikan kebijakan restrukturisasi karena permasalahan mereka terhadap pemberi dana.

Sejauh ini, dia menjelaskan pada kuartal I/2021 masih mengalami kinerja yang negatif. Salah satunya karena penyetopan operasi yang cukup berdampak terhadap operator. Khusus untuk operator bus pariwisata, sebutnya, sampai saat ini semakin miris keadaanya karena masyarakat masih takut untuk berwisata menggunakan bus dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi masing-masing.

Menurutnya penurunan pendapatan untuk pelaku bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) kalau dibandingkan dengan pada 2019 menyentuh ke level 60 persen. Namun dia tak mau menyebutkan secara spesifik angkanya.

Namun, lanjutnya, kondisi pada 2021 ini jika dibandingkan dengan kondisi pada 2020 justru lebih baik. Bahkan rata -rata mengalami kenaikan hingga 40 persen. Hal tersebut dikarenakan kebijakan penyetopan operasi AKAP pada 2020 lalu lebih lama.

"Kami berharap pemerintah pada semester II/2021 lebih baik lagi dalam penanganan atau pengetatan Covid-19. Kami berharap pemerintah mengeratkan pergerakan orang dengan kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum dengan angkutan umum dikuatkan pengendalian prokes-nya saja agar tidak menyebabkan peningkatan Covid-19 seperti yang prediksikan pada saat momen liburan," imbuhnya.

Operator, lanjutnya, saat ini juga masih berupaya untuk melakukan efisiensi dan utilisasi unit yang beroperasi agar biaya operasi tidak menggerus pendapatan.

Dalam kondisi terkini dengan sudah semakin banyaknya masyarakat yang divaksin, tentunya dia juga berharap bisa menambah keyakinan masyarakat dan tentunya pemerintah akan pengendalian situasi pandemi.

Pasalnya, dampak langsung yang dirasakan oleh operator bus adalah dari pemberitaan Covid-19. Menurutnya, ketika pemberitaan Covid-19 semakin tinggi, maka tingkat okupansi juga turun. Namun hal itu bukan dikarenakan menurunnya pergerakan masyarakat tetapi mereka sedang mencari moda transportasi gelap.

"Selayaknya pemerintah menegaskan kepada masyarakat agar menggunakan angkutan umum tetapi memperketat angkutan tidak umum agar bisa mengontrol pertumbuhan Covid-19 ini," tekannya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper