Bisnis.com, JAKARTA – Impor gandum menjadi opsi alternatif yang diberikan pemerintah untuk menghadapi risiko kenaikan harga pakan unggas, seiring dengan tingginya harga dan fluktuasi pasokan bahan baku jagung dari dalam negeri.
Pasokan gandum diharapkan bisa menjadi substitusi kebutuhan jagung pakan ayam pedaging. Dengan demikian, pasokan jagung yang terbatas tetap bisa dialokasikan ke peternak ayam petelur yang kerap mengeluhkan tingginya harga jagung pipil kering ketika pasokan langka.
“Jika jagung langka, diharapkan disubstitusi dengan gandum. Usul ini mengemuka karena peternak layer melakukan pencampuran pakan secara mandiri. Jika situasi mendesak, mereka mengharapkan pabrik besar substitusi jagung dengan gandum. Sementara jagungnya dipakai peternak petelur,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi, Jumat (25/6/2021).
Meski demikian, Sugeng mengatakan pelaku perunggasan tetap berharap pemerintah memberikan izin impor jagung untuk pakan. Dia mengatakan kualitas pakan ternak cenderung lebih baik jika menggunakan jagung sebagai komponen utama.
Namun, pemerintah tercatat tak lagi mengeluarkan rekomendasi teknis impor jagung untuk pakan dengan pertimbangan bahwa produksi di dalam negeri memadai.
Mengutip data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), serapan jagung untuk pakan ternak pada 2020 mencapai 6,5 juta ton dan menghasilkan pakan ternak dengan volume total 14,85 juta ton. Artinya, kandungan jagung dalam pakan ternak mencapai 43,7 persen.
Baca Juga
“Kami sudah terbiasa dengan substitusi gandum, tetapi kualitas tidak sebaik jagung. Jadi secara ekonomi sebenarnya lebih menguntungkan pemakaian jagung,” lanjutnya.
Sugeng tidak memungkiri jika penggunaan jagung domestik yang pasokannya terbatas memengaruhi harga pakan yang dibeli peternak. Dia mencatat harga pakan telah naik 19 persen dibandingkan dengan tahun lalu dan menyentuh Rp7.800 per kilogram (kg).
Kehadiran gandum sebagai substitusi diharapkan dapat menekan harga pakan sehingga biaya pokok produksi bisa ditekan.
“Masalahnya sekarang selain harga pakan yang naik, harga DOC [day old chick/bibit ayam usia sehari] juga tinggi. Sekarang biaya produksi sudah mencapai Rp19.500 per kilogram dan harga jual justru kerap di bawahnya karena oversupply,” kata dia.
Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan bahwa pemerintah telah menyetujui impor gandum sebagai alternatif bahan baku pakan ternak sebanyak 300.000 ton.
Keputusan ini keluar melalui rapat koordinasi teknis lintas kementerian dan lembaga yang dilaksanakan pada 23 April 2021.
“Betul, pemerintah melalui rakornis telah menyetujui impor gandum untuk alternatif pakan ternak sebanyak 300.000 ton. Pelaksanaannya melalui mekanisme business to business setelah berkoordinasi dengan GPMT. Artinya pelaku bisnis yang melaksanakan,” kata Oke.
Oke mengatakan pemerintah tidak mengeluarkan persetujuan impor (PI) untuk importasi gandum untuk pakan. Dia mengatakan bahwa komoditas tersebut tidak masuk daftar barang yang impornya diatur.