Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah dan peternak rakyat dinilai perlu memikirkan alternatif lain selain jagung sebagai komoditas utama bahan baku pakan ternak untuk mengantisipasi skenario terburuk atas kewajiban dari Indonesia untuk memenuhi tuntutan jika kalah gugatan dari Brasil di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Co-Founder dan CEO TaniHub Group Pamitra Wineka menilai Indonesia dapat menghindari gempuran daging ayam impor murah dari Brasil dengan memperbaiki struktur ternak ayam, salah satunya pakan ternak.
“Jadi, kalau pemerintah mau menjaga harga ayam dalam negeri lebih murah, perlu untuk melihat dari sisi pakan, di mana dapat meminimalisir impor dan mendorong ayam bisa menggunakan alternative animal feed, seperti belatung. Ini akan jauh lebih menarik dan jadi masa depan untuk menstabilkan harga pakan dan selaras dengan menurunnya harga ayam sehingga tidak hanya menahan bendungan dari import, tetapi memperbaiki struktur ternak ayam,” tuturnya, Senin (31/5/2021).
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, pada Januari 2021 harga jagung dengan kadar air 15 persen tercatat Rp 4.470 per kilogram (kg).
Adapun, harga jagung terus naik selama lima bulan terakhir hingga menyentuh sekitar Rp 6.200 per kg pada Mei 2021. Angka ini berada jauh di atas harga acuan pembelian dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 sebesar Rp 3.150 per kg.
Melambungnya harga jagung, turut menyebabkan harga pakan terkerek naik dari Rp 6.974 per kg pada awal tahun menjadi Rp 7.379 per Mei 2021.
Alhasil, menurutnya kenaikan tersebut berpengaruh pelaku usaha dan industri peternakan unggas merasakan dampak signifikan dari meningkatnya biaya pembelian bahan baku dan harga pokok produksi (HPP) ayam hidup.
Pamitra mengatakan saat ini semua pihak tentunya terbantu oleh pemerintah yang tengah melawan balik dalam persidangan di organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization/WTO) yang masih berjalan akan upaya menghadapi gugatan brasil terkait sengketa importasi ayam dan produk olahannya.
Namun, Pamitra mengatakan bahwa ke depan, baik pemangku kepentingan, pengusaha, dan pemerintah harus mempersiapkan antisipasi akan potensi kejadian serupa terutama strategi menekan harga ayam yang menjadi lebih tinggi karena pakan yang tinggi.
“Kami senang bila daging [ayam impor] tidak masuk sekarang, karena mitra petani yang juga dibiayai oleh kami dari Tanifund ketakutan bila pasar dibanjiri oleh impor ayam yang mungkin harganya bisa lebih murah oleh petani rakyat kita,” kata Pamitra.